Seseorang pernah berkata, “Adalah hal yang mudah untuk mengatakan bahwa Kristus telah mati bagi dosa dunia. Namun, sungguh hal yang berbeda ketika mengatakan bahwa Kristus mati bagi dosa-dosa saya. Ketika muncul pertanyaan, Siapa yang menyalibkan Yesus? Apakah jawab teman-teman? Apakah kita bisa berkata bahwa saya yang
Yesus, Anak Domba Allah yang menebus dosa manusia. Sore hari, saat hujan, ketika dalam perjalanan, saya tiba-tiba terpikir dan merenung. Entah mengapa setelah melihat awan yang gelap, saya teringat akan peristiwa kematian Yesus. Masih segar dalam ingatan saya, saat menonton “The Passion of the Christ”,
Kebangkitan Yesus juga bukan akhir dari seluruh pengajaran yang telah Ia lakukan bagi murid-muridNya ataupun bagi penduduk Yerusalem dan sekitarnya pada saat itu. Kebangkitan Yesus menjadi momen penting bagi murid-murid-Nya saat itu dan bagi kita sekarang ini. Pertemuan Yesus dengan murid-muridNya setelah kebangkitanNya menunjukkan suatu
Kebangkitan Kristus itu ibarat langkah-langkah akhir dari suatu pertandingan catur: sebenarnya lawan sudah check mat menurut posisinya, namun ia masih dapat melakukan beberapa langkah lagi, walaupun langkah-langkahnya itu akan sia-sia, karena toh ia akan tetap kalah. Kebangkitan Kristus menjadi jaminan bagi kita, bahwa kita juga
Paskah memisahkan kekristenan dengan agama-agama lainnya di dunia. Mengapa? Karena semua agama punya atau merayakan hari kelahiran nabi yang mereka percayai, tetapi tidak untuk hari kematiannya, sedangkan Kekristenan merayakan paskah, mengapa? Karena Yesus yang kita percayai itu sudah mati dan dibangkitkan pada hari yang ketiga