Browse By

Mengerti Dahulu atau Percaya Dahulu?

Mengerti Dahulu atau Percaya Dahulu?
Mengerti dahulu baru percaya atau percaya dahulu baru mengerti?

Pertanyaan di atas mungkin salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan kepada orang Kristen. Juga sering ditanyakan dalam diskusi membahas Alkitab yang sering saya ikuti selama berkuliah di Bandung, khususnya saat kita menanggapi isu-isu sensitif berkaitan dengan eksistensi atau keberadaan Allah. Sensitif saya katakan karena biasanya pertanyaan ini muncul dari orang-orang yang belum percaya sama sekali, atau yang masih meraba-raba imannya kepada Kristus.

Meskipun saya pribadi memiliki pandangan bahwa kita harus percaya dahulu baru mengerti, menjawab pertanyaan ini juga susah-susah gampang. Apalagi meyakinkan orang yang berbeda pandangan: bahwa saya harus mengerti dan mengetahui, baru saya mempercayainya. Pertanyaan seperti ini muncul biasanya dari orang yang sangat haus akan bukti dan pernyataan untuk menjawab argumen atau pertanyaan dari dirinya. Mereka mencoba ingin mengerti tentang Allah dan rencana-Nya, mencoba mencari-cari jawaban atas seluruh kebingungan dan ketidakyakinannya kepada sosok Allah dan juga rencana dan kuasa-Nya.

Sejujurnya pandangan bahwa kita harus mengerti dahulu baru percaya muncul sebagai akibat dari sisi manusiawi kita. Kita “terbiasa” untuk mengalami atau merasakan sendiri baru kemudian kita percaya dan belajar. Contoh, anak kecil yang dilarang ibunya dekat-dekat kompor. Ibunya melarang dekat-dekat karena tidak ingin anak-nya terluka akibat terkena peralatan yang panas. Namun, karena rasa ingin tahu anak kecil ini tetap berdiri di sekitar kompor yang menyala, hingga suatu saat tangannya terluka. Ia pun menangis dan baru mengerti bahwa apa yang dikatakan ibunya benar. Bahwa tidak boleh dekat-dekat dengan kompor yang menyala, akibatnya? Tangan jadi luka karena panas.

Rasa ingin tahu inilah yang mencari dasar bagaimana manusia terus mempertanyakan eksistensi Allah, kuasa, dan juga rencana-Nya dalam kehidupan kita. Ia ingin mencoba mengerti dan memahami Allah, lengkap dengan bukti-bukti yang dapat membuatnya yakin.

Percaya dahulu baru mengerti

percaya dahulu baru mengerti

Mengerti Dahulu atau Percaya Dahulu

Kalau ingin mengerti dulu, mau sampai kapan kita mampu mengerti Allah? Kita manusia yang amat terbatas, sementara Allah adalah Allah yang tidak terbatas. Kita tidak akan pernah mampu memahami seluruh jalan pikir dan rencana Allah. Untuk memudahkannya, ijinkan saya menggunakan analogi ini. Allah ibarat samudera yang amat luas, sedangkan kita hanyalah sebuah gelas kecil. Bagaimana kita dapat membayangkan sebuah samudera hanya dengan melihat air di dalam gelas? Jelas tidak bisa.

Karena kita percaya, maka Allah perlahan-lahan memberikan pengertiannya. Saya katakan perlahan, karena mungkin kita tidak langsung memahami maksud dan rencana Tuhan, dibalik dukacita kehilangan orang yang kita kasihi, kegagalan, atau pengalaman buruk yang menimpa kita, Allah mengijinkan kita untuk mengerti rencana-Nya melalui caranya yang ajaib.

Ajaib? Ya, saya katakan ajaib. Bagaimana Petrus dapat dengan berani menyongsong Tuhan Yesus yang berjalan di atas air? Padahal logika manusia, kita tidak dapat berjalan di atas air. Namun, karena Petrus percaya, Tuhan mengijinkan dia untuk mengalami mukjizat itu. Petrus mengalami kuasa Tuhan, yang mengalahkan semua logika manusia. Adik dan saya juga mengalami hal yang sama dahulu. Saat hujan turun dengan begitu derasnya di pagi hari, atau saat ban motor yang kami kendarai kempes dalam perjalanan. Kami bertanya-tanya, mengapa Allah mengijinkan kejadian buruk ini terjadi? Mengapa begitu banyak tantangan bagi kami untuk sampai di sekolah? Hujan yang membuat baju dan tas kami basah. Atau ban motor yang kempes yang membuat kami menjadi terburu-buru mengejar waktu. Namun, saat itu, kami memilih untuk tetap percaya. Kami mengimani bahwa Allah memiliki rencana yang terbaik. Terbukti, kami tidak sampai terlambat ke sekolah. Dan kini, adik dan saya dapat melihat pengalaman di masa lalu telah membuat kami menjadi orang yang lebih teguh dan pantang menyerah. Kami mengerti, bahkan kami dapat mensyukuri hal-hal “buruk” yang terjadi di masa lalu.

Melalui masalah demi masalah, kita diajarkan untuk makin mengerti rencana Allah. Percayalah kepada Allah dan rencana-Nya yang indah bagi hidup Anda, maka Anda akan dibuat-Nya terkagum.

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.