Browse By

From Jember With Love-8:Jas Hujan Motor

Selesai makan kami kembali ke ruang keluarga, kata amangboru, lebih enak jika ngobrol di sana, jadilah kami lanjut berbincang-bincang kembali. Namun, hujan rintik-rintik mulai turun, saya memandang langit luar yang gelap dari jendela. “Mungkin akan turun hujan yang besar,” pikir saya.

Baru kira-kira setengah jam kami berbincang-bincang sambil makan salak yang terhidang di meja, saya mendapatkan telepon untuk segera kembali ke Politeknik Negeri Jember, untuk mengikuti penutupan acara Sinergi 3. Segera saya memohon ijin pamit kepada Amangboru, Namboru, dan kedua orang sepupu saya. Mereka juga kemudian mengucapkan terima kasih karena sudah mau berkunjung di tengah-tengah kesibukan hari ini. Mereka tidak tahu betapa bahagianya saya hari itu, dapat berkumpul, berbincang, dan makan bersama dengan keluarga saya. Saya segera pamit dan menyalam mereka satu-persatu, persis seperti yang sering saya lakukan ketika akan pulang dari rumah saudara.

Naik motor dengan jas hujan

Naik motor dengan jas hujan

Naik Motor dengan Jas Hujan sama Amangboru

Saya segera memakai sepatu saya sementara amangboru sudah mengeluarkan motor dan menyalakannya di depan pagar. Hujan yang turun cukup deras siang itu memaksa kami menggunakan jas hujan. Saya kemudian duduk di belakang dan menutupi tubuh saya dengan bagian belakang jas hujan yang amangboru pakai, ini persis seperti yang adik saya dan saya lakukan ketika kami berangkat sekolah saat hujan turun. Saya–yang biasa duduk di tengah–akan berlindung di belakang jas hujan papa, memegang bagian ujung agar air tidak menetes ke celana dan tas saya maupun adik. Pengalaman masa lalu yang kembali terulang mengingatkan saya akan penyertaan Tuhan Yesus yang begitu besar. Sepanjang enam tahun kami pergi sekolah ke SMP Kanisius dan SMA Kanisius serta SMA 8, Tuhan Yesus selalu menyertai kami di dalam perjalanan pergi maupun pulang. Hujan boleh saja turun, bahkan hujan deras yang membasahi baju, celana, dan tas kami. Namun Tuhan menyatakan kasih dan kuasa-Nya, tidak pernah sekali pun kami tidak masuk sekolah karena terlambat atau kehujanan. Dan pengalaman berjuang untuk bersekolah dahulu telah membuat adik saya dan saya menjadi seseorang yang kuat dan selalu mengandalkan Tuhan.

Recommended for you

Baca Halaman Selanjutnya — 1 2

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.