Browse By

Merendahkan Ego di dalam Sebuah Hubungan

Merendahkan Ego di dalam Sebuah Hubungan – Semenjak masih pendekatan dengan Bertha (yang kini sudah menjadi pacar saya), dia sering bercerita mengenai hubungannya dengan si mantan. Oiya, sebelum bertemu dengan saya, Bertha sudah putus setahun lebih dengan pacarnya yang terakhir (udah 3 kali pacaran nih yee). Dan sama pacarnya yang terakhir ini dia sudah 3 kali putus nyambung selama 4,5 tahun.  Berasa lagu ya…Putus nyambung putus nyambung putus nyambung, sekarang putus, besoknya menyesal. Kenapa begitu? Ternyata mereka sering keceplosan bilang, “Yaudah kita putus aja.” Tapi beberapa saat kemudian kepikiran, belum siap untuk sendiri, hingga akhirnya balikan kembali.

Merendahkan Ego di dalam Sebuah Hubungan

Merendahkan Ego di dalam Sebuah Hubungan

Kamu siap ga sendiri?

Gak ada yang menyapa dan semangatin setiap pagi untuk bekerja?
Gak ada yang nanyain makan apa siang ini?
Gak ada yang ngucapin selamat malam dan mimpi indah pas mau tidur?
Atau sekadar gak ada lagi orang yang mau dengerin cerita dan pengalaman konyol yang kita alami sambil tertawa bersama.
Gak ada lagi temen makan es krim atau ramen favorit kita.
Lalu, gimana hidupmu selanjutnya? Sendirian, nanti yakin bakalan ketemu dengan orang lain yang lebih baik dari dia? Gimana kalau gak?
Kamu ikhlas ga menyaksikan kalo dia ketemu sama orang lain, yang ternyata membuat dia lebih nyaman?
Dan, beneran ikhlas jika “si dia” akhirnya menemukan orang yang lebih baik?

Mungkin itu juga yang terngiang-ngiang dalam pikiran Bertha. Begitu juga dengan teman-teman yang sekarang ini sedang “rehat sejenak” dengan pacar alias break karena suatu masalah yang kalian hadapi. Tenang saja, ini bukan berarti hubungan kalian akan berakhir kok! Kalian masih bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan hubungan kita, tapi ada syaratnya. Mauuuu! Apa tuh syaratnya?

Hanya satu kok: Merendahkan ego kamu masing-masing.

Tapi, dia yang salah! Dia yang ngecewain aku dengan berbuat ini dan itu. Dia mengatakan hal yang menyakiti perasaanku. Hatiku begitu sedih mengingatnya. Dia yang gak mau mengerti kesibukanku dalam bekerja. Bukannya ingin mengabaikan atau gak ingin memberi perhatian, tapi memang nyatanya, kesibukan bekerja memang sedang melanda. Dia selaluuuu berbuat itu, dan gak pernah berbuat ini.

Ingat lagi dong syaratnya: merendahkan ego. Merendahkan ego di dalam sebuah hubungan.

Saya bersyukur, semenjak pacaran kemarin, masing-masing dari kami belum pernah berpikiran untuk putus. Sejak bertemu dan berdoa untuk menjalin hubungan yang serius dengan Bertha, saya sudah berkomitmen dan berdoa kepada Tuhan. Menjalani hubungan ini dengan baik dan akan selalu membuat dia bahagia. Dan, saat kami bernostalgia di malam hari setelah mengikuti acara pernikahan kakak saya di Bandung.  Bertha bercerita, “Padahal pertama kita jadian aku nyangkanya kita bakalan cepet putus. Syukurlah kita belum pernah putus ya sayaaang.”

Saat ditanya alasannya, dia menjawab, “Abisnya kamu sering negur aku ini itu. Aku mikirnya kamu pasti keras kepala. Sebenernya kita sama beb, sama-sama keras kepala, khas anak pertama.” “Tapi semoga kita bisa langgeng terus, dan sama-sama belajar.”

Masing-masing dari kita semua sama-sama masih belajar. Kita tidak tahu bagaimana menjadi seorang pacar terbaik untuk pasangan kita. Namun, selama kita sama-sama mau merendahkan ego, akan ada banyak masalah yang selesai dengan sendirinya. Kita jadi punya kesempatan untuk melihat masalah dari sisi lain, saling mengerti, dan saling belajar. Meskipun aku mungkin pacar terbaik, tapi aku akan selalu berusaha jadi pacar yang lebih baik lagi.

Coba deh pikir-pikir. Betapa mungkin kita egois dan self-center dalam kehidupan ini, bahkan dengan keluarga, saudara, dan pasangan sendiri. Ada banyak hal-hal yang kita anggap biasa, padahal pasangan kita sudah berjuang dan mengorbankan banyak hal. Kita mungkin kurang bisa bersyukur dan mensyukuri kehadiran “dia” dalam kehidupan ini. Mungkin pasangan kita sedang sibuk, dan tidak bisa berkomunikasi se-intens biasanya, lalu kita menuntut. Apa salahnya jika kita yang memberikan perhatian lebih kepadanya? Atau saat dia sedang menghadapi masalah dengan keluarganya atau dalam pekerjaan, dan membutuhkan dukungan, apakah kita bersedia hadir dan memberikan perhatian dan mendukung dia?

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.