Browse By

Apakah engkau Mengasihi Aku?

Saya yakin teman-teman semua pasti pernah membaca kisah percakapan Tuhan Yesus dengan Simon Petrus terakhir kalinya, sebelum Tuhan Yesus naik ke surga. Kisah ini terdapat dalam Yohanes 21: 15-19. Hal yang paling berkesan adalah pertanyaan Tuhan Yesus yang diajukan hingga tiga kali kepada Petrus. Semua pertanyaan itu dijawab oleh Petrus dengan jawaban yang mirip, namun saat Tuhan Yesus mengajukan pertanyaan yang ketiga, Petrus menjadi sedih hati. (ayat 17)

Petrus, Apakah engkau Mengasihi Aku?

Petrus, Apakah engkau Mengasihi Aku?

Apakah engkau Mengasihi Aku?

“Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh Tuhan Yesus. Bila membaca perikop ini, jelas bahwa pertanyaan Tuhan Yesus adlah kunci untuk memahami kisah ini. Tapi karena begitu sulitnya mengungkapkan makna “kasih”, hampir di semua terjemahan Alkitab menuliskan hal yang sama. Tidak hanya bahasa Indonesia saja, terjemahan Inggris juga kesulitan menjelaskan makna pertanyaan Yesus ini. Hanya ada satu, alkitab terjemahan Yunani yang tepat untuk menjelaskannya. Berikut ini versi singkat tentang apa yang Tuhan Yesus dan Simo Petrus percakapkan.

Yesus: Simon … apakah engkau mengasihi (agape) Aku lebih dari ini? (ikan-ikan)
Petrus: Ya, Tuhan; Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.

Yesus: Simon … apakah engkau …. mengasihi (agape) Aku?
Petrus: Ya, Tuhan, Engkau tahu saya mengasihi (phileo) Engkau.
Yesus: Simon … apakah engkau mengasihi (phileo) Aku?
Petrus: (Sambil menangis) Tuhan … Engkau tahu aku mengasihi (phileo) Engkau.

Mengapa ada perbedaan dalam kata “kasih” dalam percakapan ini? Mengapa Yesus memakai kata agape dan Petrus memakai phileo? Yesus bertanya kepada Petrus apakah dia mengasihi Yesus dengan kasih Tuhan, kasih yang menuntut pengorbanan. Bagaimana pun juga, Yesus baru saja melewati siksaan yang menakutkan demi Petrus (dan kita), sesuatu yang tidak mau dilakukan-Nya tetapi tetap diperbuat-Nya karena kasih agape-Nya. Sebaliknya, Petrus menghindari siksaan yang mungkin diterima melalui menyangkali Yesus.

 Dua kali Yesus bertanya kepada Petrus, “Apakah engkau agape Aku? Yaitu, apakah engkau bersedia melakukan hal-hal demi Aku yang tidak mau engkau perbuat sebelumnya? Sebaliknya, Petrus, tetap merasa kepedihan karena menyangkali Yesus, dan berharap persahabatan mereka kembali utuh. Apakah Yesus menyimpan penyangkalan Petrus terhadap Diri-Nya? Apakah Dia tetap memperlakukan Petrus sebagai sahabat karib dan teman? Petrus tidak yakin di manakah posisinya di hadapan Yesus, jadi dia berusaha memberitahukan Yesus bahwa dia masih sahabat sejati, dan memiliki kasih persahabatan terhadap Yesus.
Setelah tiga kali Yesus berbicara kepada Petrus, Dia turun kepada tingkat Petrus dan bertanya apakah Petrus benar seorang sahabat sejati (phileo), yang menyedihkan hati Petrus. Akan tetapi, ini penting, karena Yesus tahu apa yang tidak diketahui Petrus — bahwa Yesus akan naik ke surga, dan Petrus dan yang lain akan ditinggalkan untuk meneruskan pekerjaan-Nya di bumi, yang akan menuntut bahwa mereka sekalian menjadi sahabat karib-Nya dan melakukan kehendak-Nya meskipun menghadapi penderitaan sekalipun.

Allah tidak pernah menuntut apapun di luar kemampuan kita. Sama seperti apa yang dilakukan Tuhan Yesus kepada Petrus, Dia juga hanya meminta kita untuk mengasihinya dengan sepenuh kemampuan kita.

Ingat, Dia tidak pernah meminta lebih. Dia hanya meminta kita kita untuk mengasihnya sepenuh hati.

Sumber gambar : BlogSpot

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.