Browse By

Pengalaman Menyewa Rumah di Jepang

Tanggal 13 Maret mungkin bakal menjadi hari yang tidak terlupakan bagi saya. Di hari inilah, saya pindah rumah dari Higashi Fushimi di Tokyo Barat ke daerah dekat kampus baru di Chiba. Dalam artikel ini, saya akan menceritakan kisah pindah rumah di Jepang. Selamat membaca.

Menyewa Rumah di Jepang

Kisah pindah rumah di Jepang ini bermula dari sejak 24 Januari 2015 yang lalu ketika saya pergi ke fudosan atau agen penyedia layanan introduksi rumah. Di Jepang, berbeda dengan di Indonesia, ketika hendak membeli atau menyewa rumah atau kamar, ada perusahaan agen yang membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan. Kita tidak perlu repot-repot menghubungi sang pemilik, tidak perlu sibuk bernegosiasi harga dan cara pembayaran dan hal-hal lainnya. Cukup pergi ke agen, dan mereka akan menyediakan ratusan informasi rumah dan kamar, dengan fasilitas dan rentang harga yang kita inginkan. Bisa dibilang fudousan adalah tempat pertama dan paling tepat ketika hendak menyewa rumah di Jepang.

Jadilah saya sejak tahun baru 2015, mulai mencari informasi agen fudosan di daerah kampus di Chiba. Siang malam saya mencari informasi di internet mengenai rumah yang diinginkan. Biasanya fudosan akan mengumpulkan data bangunan rumah, denah arsitektur rumah, harga, alamat, dan fasilitas umum (supermarket, laundry, minimarket, stasiun, dsb) dan meletakkannya di halaman homepage perusahaan. Makanya saya membuka halaman homepage beberapa fudosan lokal di daerah Chiba dan mulai mencari rumah yang pas buat saya.

Saya pikir cukup rumah dengan 1 ruangan seperti kamar kost, layaknya seperti kamar yang saya tempati hingga kini. Dan mengenai harganya kalau bisa diantara 20 sampai 30 ribu yen, suatu harga rumah paling minimal yang ada. Namun, yang saya dapatkan hanyalah rumah dengan harga 30 hingga 40 ribu yen. Kalaupun ada yang harganya diantara rentangan 20-30 ribu yen, entah rumah itu sudah tua sehingga fasilitasnya sudah ada yang rusak-rusak, atau rumah yang jaraknya jauh dari universitas. Alhasil meskipun mencari di sana-sini, saya tidak menemukan satu pun rumah yang sesuai keinginan saya (Yang besarnya dan fasilitasnya yaitu kamar mandi dan dapur di dalam serta yang harganya di antara 20 sampai 30 ribu yen). Ini saya sesuaikan dengan keadaan ekonomi saya. Sewaktu itu, saya belum mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan dan hanya menyisakan tabungan selama ini. Uang tabungan yang mesti dipakai untuk membayar biaya masuk, biaya per semester, sewa rumah, plus listrik, air, dan kebutuhan sehari-hari. Makanya rumah dengan rentang segitulah yang paling pas menurut saya.

Sekitar 2 minggu saya mencari informasi rumah di sekitar Chiba. Waktu itu, saya banyak dibantu oleh Kokusai Sensei (sebutan untuk sensei koordinator mahasiswa asing). Saya ingat sekali hampir dua hari sekali saya bertemu dengan sensei, menanyakan rumah seperti apa yang tepat ditinggali. Saya juga bertanya tentang istilah-istilah bahasa Jepang soal menyewa rumah di Jepang. Ada shiki-kin, uang jaminan yang diberikan di awal masa menyewa rumah di Jepang. Uang ini berkisar antara 1 hingga 2 kali biaya sewa bulanan, dan akan dikembalikan ketika kontrak menyewa rumah di Jepang berakhir. Ada pula rei-kin atau uang terimakasih. Mirip seperti shiki-kin yang diberikan di awal masa menyewa rumah, namun sifatnya seperti uang terimakasih dan tidak dikembalikan di akhir masa sewa. Ada pula shoki-hi atau biaya awal. Biaya ini biasanya yang paling mahal, meliputi biaya bersih-bersih rumah, penggantian kunci, pengadaan asuransi rumah, dan sebagainya. Ada juga genjou-yuusen, pernyataan bahwa hal-hal yang tertulis di homepage tidak sepenuhnya sama dengan keadaan sebenarnya. Makin diajarkan sensei dan mengetahui istilah-istilah ini, yang ada saya malah makin takut dan kuatir, jangan-jangan tidak dapat menyewa rumah di Jepang. Atau bisa mendapatkan rumah, namun harganya sangat mahal.

Membuat Janji Pergi ke Fudosan

Menyewa rumah di Jepang

Menyewa rumah di Jepang

Daripada tidak sama sekali, akhirnya saya memilih 3-4 rumah yang harganya sekitar 27 sampai 34 ribu yen, dan mengirimkan pesan email kepada agen fudosan yang mengelola. Malamya, mereka menelepon balik dan memastikan rumah dan syarat rumah yang diinginkan. Saya pun menjelaskan syarat dan kondisi rumah keinginan saya dan membuat janji untuk bertemu langsung hari Sabtu tanggal 24 Januari 2015, atau sekitar 2 minggu di depan. Karena daerah Chiba letaknya jauh dari tempat tinggal saya di Tokyo Barat, dan untuk pulang perginya cukup memakan waktu dan ongkos yang banyak, saya atur waktunya agar dalam satu hari bisa pergi ke banyak fudosan. Pukul 9 pagi saya buat janji di perusahaan Appaman, pukul 12.00 di Chintaizu Chiba, dan pukul 15.00 di Aoi Fudosan yang letaknya dekat dengan Chiba University.

Sambil menunggu tanggal 24 Januari, saya juga iseng mencari informasi mengenai perusahaan penyedia jasa pindahan di internet. Niat saya iseng-iseng, sambil melihat kisaran biaya pindahan dari Tokyo ke Chiba. Setelah memasukkan data barang-barang yang ada di dalam rumah, saya dapat melihat secara langsung kisaran harganya. Namun, alangkah terkejutnya saya melihat biayanya sekitar 7 hingga 10 juta. Wah, bisa habis juga dong uangnya, pikir saya waktu itu.

Di halaman perkiraan harganya, memang ditulis harga bisa berubah lagi. Namun pikir saya, biaya pindahan tidak akan jadi lebih murah, yang ada malah bertambah mahal, seiring dengan waktu pindahan. Jika makin ke bulan Maret (saat peak pindahan rumah), maka biaya pindahan akan meroket. Namun, jika cepat dipesan maka biaya pindahan dapat ditekan. Jadi, harus cepat-cepat menentukan rumah baru, dan langsung pesan jasa pindahan rumah, pikir saya.

Sumber gambar : http://www.kanto-housing.co.jp/

Recommended for you

2 thoughts on “Pengalaman Menyewa Rumah di Jepang”

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.