Browse By

Sehati Sepikir dengan Kristus

Tulisan ini adalah materi Firman Tuhan yang saya bawakan di dalam Persekutuan Doa STEI tadi pagi. Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus untuk kesempatan bisa men-sharing-kan Firman Tuhan kepada teman/ adik-adik di pagi ini. Wah, terima kasih sebelumnya saya ucapkan kepada Tuhan Yesus karena Ia mengijinkan kita berkumpul bersama di dalam Persekutuan Doa STEI. Sudah lebih dari dua tahun rasanya sejak terakhir saya PD bersama-sama dengan adik-adik 2011 waktu itu. 

Semoga ke depannya, kita dapat terus setia mengadakan PD ini. Berdoa sama-sama untuk jurusan, untuk fakultas, ITB, dosen-dosen, maupun untuk Indonesia. Sungguh bukan sebuah kebetulan rasanya kita dapat bergabung bersama di dalam keluarga besar STEI ITB juga tidak lupa keluarga besar Allah di kampus ini. Nah, pagi ini saya akan membawakan Firman Tuhan mengenai sehati-sepikir. Tidak perlu langsung membuka Alkitab, kita akan memulainya dari perasaan. Wah kok? Jadi galau? Bukan…bukan, maksud saya mulai dari definisi perasaan.

Sehati sepikir dengan Kristus

Sehati sepikir dengan Kristus

Setiap orang punya perasaan. Sering perasaan itu tidak kelihatan sehingga tidak dapat diketahui orang lain. Kita pun kesulitan menebak perasaan orang lain. Wah kok gitu ya? Karena perasaan itu disimpan atau mungkin disembunyikan. Lantas muncul pertanyaan, disimpan di mana? Tetapi kadang perasaan itu keluar sehingga kelihatan dan ketahuan. Lho, keluar dari mana?

Jadi, di mana perasaan itu disimpan ya? Trus, kalau keluar, dari mana keluarnya? Kita katakan perasaan ini disimpan di dalam hati. Juga perasaan itu keluar dari dalam hati. Wah, benar tuh! Hati dianggap sebagai tempat terjadinya segala perasaan dan tempat menyimpan segala perasaan. Hati adalah tempat lahirnya kebiasaan dan tabiat. Hati adalah tempat emosi kita muncul. Marah, benci, gembira, tulus, semuanya dibuat di dalam hati. Itulah istilah yang digunakan dalam bahasa budaya.

Beda lagi dengan bahasa kedokteran. Hati adalah salah satu organ tubuh yang letaknya di bagian kanan rongga perut. Dia adalah organ tubuh terbesar setelah otak kita. Fungsinya untuk mengambil sari-sari makanan dari darah. Hati juga berfungsi untuk merombak sel-sel darah yang sudah tua. Yang paling penting fungsinya adalah menetralkan racun yang masuk ke dalam tubuh. Konon katanya, setiap hari tubuh kita menerima banyak sekali racun dari lingkungan, namun hati menjadi garda terdepan menetralisasi racun itu agar tubuh tetap sehat. Hati menjadi perlindungan terdepan tubuh kita dari segala macam gangguan dari luar tubuh.

Namun, objek utama dari tulisan ini tentulah hati secara budaya yang sudah dibahas di atas. Hati sebagai tempat kita menyimpan segala perasaan. Hati tempat munculnya semua perasaan yang ada di dalam hidup kita.

Sehati Sepikir

Di rumah, tempat kerja, gereja, persekutuan, atau di tempat lainnya kita perlu sehati sepikir. Hidup bersama adalah hidup sejati. Namun, kenyataannya kita sering berhati batu dan mau ikut kata hati sendiri.

Lalu apa yang dimaksud dengan sehati? Sehati berarti seia sekata. Sehati adalah satu hati atau bersatu hati. Sehati adalah sepakat, searah, setujuan, sependapat, seperasaan, dan sepikiran. Dari definisi-definisi itulah akhirnya kita mengenal istilah sehati sepikir. Istilah yang juga kita kenal luas di masa kini, bahkan kerap kita gunakan dan ucapkan. 

Lalu dengan siapa kita sehati sepikir? Dengan orang-orang di sekitar kita. Kita tinggal di rumah yang sama. Atau bekerja di tempat yang sama. Mungkin juga bergabung di dalam kepengurusan atau kepanitiaan yang sama. Atau dalam jurusan yang sama, seperti Persekutuan Doa STEI pagi ini. Ada pula sahabat dan teman. Dengan orang-orang itulah kita merasakan perasaan hati bersama. Gembira bersama. Sedih bersama. Berbagi beban bersama. Itulah makna sehati sepikir.

Lantas, kenyataannya? Mustahil rasanya kita selalu sehati sepikir. Maklumlah karena setiap kita mempunyai perasaannya sendiri yang berbeda. Saat ada yang marah, teman yang lain menenangkannya. Saat ada yang bersedih, sahabat yang lainnya menghibur. Saat ada yang  berduka, yang lain datang dan memberi pengharapan yang baru. Saat ada yang menyerah dan putus asa, yang lain datang dan memberikan semangat untuk terus maju. Itulah sehati sepikir.

Recommended for you

Baca Halaman Selanjutnya — 1 2

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.