Browse By

Beban Hidup di Dalam Tuhan

Bacaan diambil dari Matius 11:28-30

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.

Bicara soal beban hidup, dunia seringkali menawarkan jalan pintas untuk menanggalkan semua beban hidup. Saya sadar bahwa semua orang yang hidup pasti punya beban, dan beban itu bukan untuk dihilangkan supaya kita dapat menikmati hidup, atau malah diperberat supaya kita dapat menghargai hidup. Kehidupan tanpa beban cenderung akan membuat kita melakukan sesuatu apa adanya, tidak maksimal, dan memunculkan sikap bagaimana nanti saja. Kehidupan dengan beban yang berlebihan juga akan membuat kita menjadi stress, depresi, dan akhirnya menjadi tidak produktif.

Beban Hidup di Dalam Tuhan

Selama bersekolah, khususnya SMP dan SMA, saya, begitu pula adik saya juga punya beban sebelum ke sekolah. Kami harus bangun pagi, mempersiapkan segala sesuatu, lalu berangkat ke sekolah. Sering di dalam perjalanan, kami khawatir, kalau-kalau macet, atau ban motor kempes, dan membuat kami terlambat ke sekolah. Tetapi, saya bersyukur kepada Tuhan, karena saya sadar beban itulah yang membuat saya semakin sadar untuk mengandalkan Tuhan, bukan semata-mata karena Tuhan selalu mengabulkan keinginan saya agar ban motor tidak kempes, dan kami dapat pergi dengan tenang; tetapi meskipun terjadi hal-hal itu, Tuhan tetap memampukan saya pergi ke sekolah sendiri dan tidak terlambat.

Jadi, sekali lagi saya katakan, beban hidup itu perlu, supaya kita tidak menyia-nyiakan hidup ini!

Dalam bacaan di atas, Yesus terlihat lucu, Dia mengundang kita yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya, tetapi malahan Dia menyuruh memikul kuk dan membawa beban dari-Nya. Sebenarnya, melalui bacaan tersebut Yesus mengajar kita untuk memikul beban yang hanya berasal dari Dia, artinya kita tanggalkan semua beban yang selama ini diberikan orangtua, lingkungan, bahkan diri kita sendiri. Yesus juga menawarkan bantuan berupa kuk, yaitu sebuah alat untuk memudahkan kita memikul beban dari-Nya. Saya berpikir kuk ini adalah sejenis tongkat tipis yang sering orang pakai untuk memudahkan mengankut barang.

Saya yakin dan percaya, Yesus sangat tahu kemampuan kita, oleh karena itu, Dia memberikan beban yang tepat bagi setiap kita. Gunakan kuk yang Yesus tawarkan untuk memudahkan kita memikul beban tersebut, dan fokuslah pada Yesus, Si pemberi beban yang ringan itu.

Beban hidup kadang sangat berat bagi kita,
dan banyak orang berkata untuk menanggalkan semuanya;
Yesus mengajak kita datang kepada-Nya,
bukan untuk menghilangkan beban itu,
bukan pula untuk menambah beban itu;
Ia datang untuk mengajari kita memikul beban,
beban ringan sesuai dengan kemampuan kita.

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.