Browse By

Sampai Sumbu Penghabisan

Sampai Sumbu Penghabisan

Sampai Sumbu Penghabisan

Dalam hidup ini ada perkara besar, istimewa, dan luar biasa. Kesanalah biasanya perhatian tertuju. Tapi seringkali dari perkara kecil, sederhana, dan biasa pun kita bisa mendapat hikmah. Misalnya dari sebatang lilin. Jika mati lampu, maka sumbu lilin terbakar. Batangnya meleleh. Hanya dengan kerelaan itu lilin tersebut bisa berfungsi memberi terang.
Untuk memberi terang sebatang lilin harus berkorban. Ia meleleh. Ia menjadi pendek. Seandainya tidak, ia tidak bisa bersinar. Sebatang lilin hidup bukan untuk dirinya sendiri. Ia memberi diri. Terang yang diberikan oleh sebatang lilin adalah kecil saja, berbeda dengan lampu pijar atau sorot yang memberi cahaya terang benderang, berkilau, dan gemerlapan. Lilin memberi terang secukupnya saja. Namun bila listrik padam, sebatang lilin cukup menolong kita melihat di mana pintu atau jendela.
Kita adalah ibarat sebatang lilin. Kita hidup bukan untuk diri sendiri. Seperti orang lain hidup untuk kita, kita juga hidup untuk orang lain. Seperti lilin, kita harus eksis menjadi terang. Untuk dapat memberi terang, kita harus rela meleleh.
Sinar sebatang lilin biasa-biasa saja. Cahayanya kecil, tapi ia bersinar dengan setia. Diam-diam, tanpa gembar-gembor, lilin memenuhi perannya dengan setia: menjadi terang dan memberi terang. Itulah pelayanan kristiani yang paling dasar.
Lilin itu bersinar terus. Sumbunya terbakar dan batangnya meleleh. Nanti sumbu dan batangnya akan habis. Nanti lilin itu akan padam. Tetapi itu tidak berarti lilin itu gagal dan sia-sia. Justru sebaliknya, lilin itu telah menjalankan perannya dengan baik dan berguna.
Seperti batang lilin, hidup dan pelayanan kita juga pada suatu saat akan berakhir. Ada waktu untuk menyala, ada waktu untuk padam. Nanti ada lilin lain yang akan menggantikan dan meneruskan kita. Tapi selama kita masih bisa bersinar, kita bersinar terus. Menjadi terang sebisanya. Menjadi cahaya apa adanya. Selama Tuhan masih member kesempatan, kita terus melayani. Melayani Tuhan yang telah melayani kita.
Hidup adalah melayani. Selamat melayani Tuhan! Terus melayani. Terus bersinar sampai sumbu dan batang lilin yang penghabisan!
Disarikan dari: SELAMAT MELAYANI TUHAN, Andar Ismail
Renungan ini menjadi Artikel Tambahan Warta Jumatan PMK-ITB tanggal 03 September 2010, dengan judul “Jadikan Aku Menjadi Lilin”.

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.