Browse By

Masa Penantian Teman Hidup-Part 2

Pengalaman saya berkuliah di Bandung saya selama ini juga akhirnya membawa saya akan sebuah pandangan baru, mengenai kehidupan, juga mengenai masa penantian teman hidup.

Menanti Teman Hidup

Menanti Teman Hidup

Masa penantian teman hidup adalah masa-masa di mana pikiran kita begitu mudah dikuasai oleh iblis. Ya, iblis bisa menguasai pikiran kita dengan perasaan galau, tidak sabar, iri, tidak bijaksana, dan masih banyak lagi. Ia ingin kita tidak menjadi produktif dan menyia-yiakan waktu hanya untuk berpikir tentang perasaan yang tak terucapkan, atau tentang cinta yang tidak terbalaskan. Masa-masa penantian seperti ini sering membawa kita kepada kesibukan-kesibukan yang tidak jelas gunanya. Ada kalanya kita mencoba mengisi hidup dengan berbagai hal yang memberikan kegembiraan, sibuk mengikuti kegiatan dan organisasi, dan sebagainya. Ada juga kisah di mana seorang teman dapat diliputi perasaan galau satu hari lebih hingga tidak semangat dalam belajar dan beraktivitas. Belum lagi saat ada seorang sahabat yang memutuskan untuk mulai mendekati seorang wanita di kampus yang membuatnya tidak dapat berkonsentrasi hampir sebulan–hanya memikirkan cara untuk bisa dekat dengan wanita ini. Kisah lain juga seorang teman wanita yang akhirnya merasa diberikan harapan palsu (PHP, pemberi harapan palsu) karena dikira pria yang mendekatinya benar-benar memiliki perasaan suka padanya.

Dampak pada wanita akan jauh lebih besar. Wanita jauh lebih mengutamakan perasaan. Wanita akan terlihat kadang terlihat senyum, kadang jutek atau marah, kadang terlihat nangis dan merasa diri yang paling menderita di masa-masa penantian ini. Iblis akan berpesta saat berhasil menjerat manusia. Menjerat di masa-masa penantian. Masa-masa galau. Masa-masa di mana terjadi peperangan batin: melihat teman yang sudah berpacaran, merasa ingin juga punya pacar, menemukan sosok yang dikagumi, pendekatan, ternyata yang didekati tidak menyambut, galau, bingung, dan sebagainya. Semua perasaan bercampur menjadi satu. Sudah berdoa? Masih galau dan bingung. Bertanya kepada teman atau kakak rohani: memang lebih baik, tapi akar masalah masih belum tersentuh. Makan kepikiran dia, belajar tidak konsentrasi, tidur pun tidak nyenyak.

Mari kita sekali lagi membaca ayat ini.

Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami,aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” Keluaran 33:15-16

Perkataan Musa di dalam Keluaran 33 di atas merupakan suatu bagian yang menarik untuk kita renungkan dalam rangka menghayati indahnya sebuah masa penantian. Jika kita perhatikan konteks bagian Alkitab tersebut, kita melihat peristiwa Anak Lembu Emas di bagian sebelumnya (Keluaran 32). Tuhan murka dan membinasakan Israel karena pemberontakan mereka (…dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu. Kel 32:27). Dan setelah itu, Tuhan menawarkan kepada Israel untuk memasuki tanah Kanaan, tanah yang berlimpah susu dan madu itu, tapi bukan Tuhan yang akan berjalan bersama dengan mereka.

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, … Aku akan mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu dan akan menghalau orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus — yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu. Sebab Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, karena engkau ini bangsa yang tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan.” (Kel 33:1-3)

Dalam konteks inilah kita menghayati permohonan Musa di dalam Keluaran 33:15-16. Bagi Musa yang paling penting bukan hanya memasuki tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madu. Bukan juga soal keberhasilannya memimpin bangsanya menuju kesuksesan dan memberikan Musa kesempatan untuk tercatat dalam sejarah Israel. Bagi Musa penyertaan Tuhanlah yang paling penting dalam kehidupan umat Israel. “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.“ (Kel 33:15). Musa tidak ingin berjalan tanpa ada Tuhan yang menyertai dia dan bangsanya. Ia tidak mau berjalan sendirian.

Saya menyakini bahwa masa penantian teman hidup ini indah, bukan hanya karena kita menemukan atau memperoleh apa yang kita inginkan: seorang pasangan (pacar) yang kelak akan menjadi suami atau istri kita–menemani hari-hari kita sampai ajal menjemput. Atau saat kita dapat bangga menunjukkan dan mengenalkan pacar kita kepada teman-teman kita. Keindahan masa penantian yang adalah pada relasi kita dengan Tuhan. Dia adalah Bapa kita, Dia yang memiliki hidup kita, Dialah yang seharusnya menjadi kebahagian kita yang utama ketika kita sedang menanti. Dia yang menuntun kita melangkah, bertindak, hingga akhirnya memilih dan memutuskan siapa sekiranya orang yang akan menjadi pasangan kita.

Sumber gambar: picturedp.com

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.