Browse By

Apakah Aku Bisa Bahagia?

Ini adalah kali pertama saya menulis setelah bergumul hampir sebulan untuk menyelesaikan Tugas Akhir sekaligus mempersiapkan Sidang Tugas Akhir dan EE Days. Hari-hari yang begitu menguras tenaga dan emosi, dan juga menyita waktu yang saya punya. Saya bersyukur semua fungsi modul dan program yang akan dimasukkan ke dalam mikrokontroler sudah selesai pada bulan April, dan satu bulan terakhir ini saya gunakan untuk menguji alat dan meningkatkan performansi. Sabtu pagi yang indah ini adalah hari pertama saya terbebas dari segala beban Tugas Akhir tersebut. Ia mengijinkan saya untuk kembali merangkai ide-ide yang ada di kepala saya menjadi kata-kata kemudian menjadi sebuah tulisan. Tulisan yang semoga menjadi berkat bagi para pembaca.

Sabtu pagi adalah waktu yang paling saya sukai untuk menulis. Sudah banyak topik maupun ide-ide yang saya tuliskan selama satu minggu. Sejaktahun pertama di perkuliahan, saya terbiasa bangun pada pukul 04.00 di hari Sabtu dan mulai menulis. Hari ini sudah begitu banyak ide tulisan yang ada di pikiran saya, tapi mengapa saat ini saya terfokus pada satu hal: kebahagiaan.

Kebahagiaan

Kebahagiaan

Mentari pagi sudah menyapa
Menyapa lembut di sabtu pagi indah itu
Mentari pagi kembali menyapa
Apakah hari ini ada kebahagiaan bagiku?

Terdengar klise? Mungkin. Kebahagiaan sebenarnya bukan suatu hal yang dapat dituliskan atau dibuat dalam kata-kata. Kebahagiaan adalah rasa yang menyergap, ia datang ke dalam kehidupan kita. Bersama dengan sukacita dan damai sejahtera, mereka saling melengkapi satu sama lain untuk memberikan efek “hangat” dan “pelukan” kepada setiap orang yang merasakannya. Tuh kan, saya bisa kok menuliskan kebahagiaan! hehe.

Malam sebelumnya saya sempat berbincang serius dengan seorang teman saya. Sambil berjalan kaki pulang bersama, kami bertukar cerita–sejujurnya hanya dia yang bercerita, karena saya membalas ceritanya dengan cerita lucu yang membuat kami tertawa bersama–mengenai kebahagiaan. Malam yang cukup dingin, sekitar 24 derajat menemani obrolan kami yang serius mengenai sebuah pilihan untuk berbahagia. Pilihan untuk berbahagia di dalam hidup ini.

Kesedihan

Kesedihan

Mengapa saya menyebutkannya pilihan? Jelas karena kita mempunyai pilihan. Kita dapat memilih untuk tersenyum, tertawa, menangis, atau bersedih di dalam kehidupan ini. Dunia dan segala isinya menyergap kita dengan sukacita atau dukacita, dengan kegamangan atau kepastian, dengan sambutan hangat atau penolakan, dengan pelukan atau rasa sakit hati. Namun, kita adalah kita. Kita selalu punya pilihan. Semuanya hanyalah kondisi luar (eksternal), sedangkan diri kita dan pilihan kita adalah bagian internal. Tuhan Yesus tentu ingin kita berbahagia, tega sekali jika Ia mendesain dan menciptakan manusia untuk menderita selama hidupnya.

Recommended for you

Baca Halaman Selanjutnya — 1 2

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.