Browse By

Tidak ada Waktu

Kenapa harus dikerjakan cepat-cepat? Toh masih ada besok. Ya, perkataan yang seperti ini pasti sering kita dengar. Bahkan tindakan “menunda-nunda” waktu ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat. Masyarakat sekarang jarang sekali melaksanakan langsung tugas mereka, namun malahan memilih untuk menunda-nundanya. Tapi dari pengalaman mati listrik di Jepang ini, saya belajar banyak hal. Salah satunya adalah untuk menghargai waktu yang Tuhan Allah sudah berikan. Mengapa saya berkata seperti itu?

Tidak Ada Waktu Bersantai-Santai

Tidak ada Waktu

Tidak ada Waktu

Dalam keadaan seperti biasa, dimana listrik dapat dipergunakan kapan saja, saya akan cenderung menunda-nunda pekerjaan. Misalnya saja saat ingin mengerjakan tugas. Saya lebih memilih tidur sebentar, dan kemudian nanti saja mengerjakan tugasnya. Kemudian, saya lebih memilih nonton televisi dahulu, baru kemudian berbelanja di supermarket. Kebiasaan menunda waktu ini tentu akan membawa dampak yang buruk nantinya. Tapi peristiwa pemadaman bergilir ini mengingatkan saya kembali untuk benar-benar memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Misalnya saat mengetahui bahwa jam 18.00, listrik akan padam, meskipun dalam keadaan lelah, saya masih berusaha untuk mengerjakan tugas kanji. Tugas kanji adalah menulis dan menghafalkan sekitar 14 kanji setiap hari. Ini jelas-jelas membutuhkan listrik. Oleh karena itu, selama listrik masih menyala, saya akan belajar sebisanya, itu pikiran saya. Tidak hanya tugas kanji, banyak juga tugas yang harus saya utamakan dan kerjakan duluan. Saya semakin sadar, waktu kita terbatas. Waktu kita hanya sedikit. Kalau tidak mempergunakannya dengan baik, itu sama saja dengan menyia-nyiakan hidup yang Tuhan sudah berikan.

Tapi sebaliknya, banyak orang yang karena mendahulukan tugasnya, dia sampai tidak makan, tidak minum, bahkan sampai lupa berdoa dan membaca firman Tuhan. Ini yang saya bilang: belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Memanfaatkan waktu itu bukan hanya terus-menerus bekerja, tapi bisa menggunakan waktu dengan tepat. Ada waktu untuk belajar atau bekerja, ada waktu makan, ada waktu bermain, dan yang paling penting: ada waktu untuk berdoa. Memanfaatkan waktu juga berarti bisa menetapkan prioritas mengenai apa yang harus dilakukan duluan atau mana yang tidak terlalu penting. Jika kita bisa melakukannya, saya percaya kita akan menuju kesuksesan.

Peristiwa mati listrik di Jepang, tidak hanya mengajarkan saya untuk siap siaga menghadapi mati listrik, juga mengajarkan saya untuk memilih mana pekerjaan yang lebih penting. Saya memilih untuk membaca Firman Tuhan lebih dulu, kemudian mengerjakan tugas. Saat mati listrik, tidak usah memaksakan diri untuk belajar, saya memilih untuk tidur. Ya, seperti itulah kegiatan yang saya lakukan apabila mati listrik. Saya bisa terus belajar menjadi semakin baik hari demi hari.
Tuhan memberkati kita semua! Haleluya!
Sumber Gambar : BlogSpot

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.