Browse By

Hukuman Mati Bukti Keseriusan Allah

Bagaimana cara untuk mengetahui sikap negara terhadap suatu tindakan kriminal? Ahli hukum memberikan jawabannya. Sikap negara terhadap suatu tindak kriminal dapat dilihat dari berapa lama hukuman atas tindak kriminal tersebut. Misalnya saja, kita bisa lihat Cina yang begitu serius memerangi korupsi. Buktinya Cina menetapkan hukuman mati bagi tersangka koruptor. Lalu juga hukuman mati bagi pengedar narkoba di beberapa negara. Ini yang menunjukkan negara tersebut serius dan benar-benar memerangi narkoba.

Hukuman Mati: Bukti Keseriusan

Hukuman mati di berbagai negara dunia

Hukuman mati di berbagai negara dunia

Kita juga bisa melihat bagaimana keseriusan pemerintah Indonesia dalam memerangi masalah narkoba di Indonesia. Dalam beberapa minggu ini, sempat hangat diberitakan para dubes dan pemimpin negara lain melakukan kontak politik langsung ke Indonesia terkait dengan hukuman mati warga negaranya akibat masalah narkoba. Meskipun sempat dikecam oleh negara lain, pemerintah tetap tegas dan melaksanakan hukuman mati. Ini membuktikan bahwa pemerintah Indonesia betul-betul serius memerangi narkoba.

Pak Jokowi dalam pidatonya menegaskan tidak akan berkompromi dengan kasus narkoba yang divonis mati. Dia juga menyatakan seluruh grasi telah ditolak olehnya. “Tidak ada ampun bagi terpidana mati narkoba,” tegas Jokowi seperti yang dikutip dari liputan6.

Tidak hanya pemerintah yang diwakili oleh Pak Jokowi, ketua DPR pun menyuarakan hal yang sama. “Bandar narkoba harus dihukum mati,” tegas Setya Novanto ketua DPR seperti yang dikutip dari kanal berita liputan6. Begitu juga dengan jaksa agung dan kementrian luar negeri Republik Indonesia.

Dari sikap negara-negara termasuk Indonesia, kita bisa melihat bahwa hukuman mati menjadi tanda keseriusan suatu pihak dalam memberantas suatu masalah atau tindakan kriminal.

Hukuman Mati di Alkitab

Hukuman mati di Alkitab

Hukuman mati di Alkitab

Mendengar kata hukuman mati, saya teringat hukuman mati yang diterima oleh Yesus. Mengapa harus hukuman mati yang diterima Yesus? Bukankah Dia tidak berbuat salah? Bukankah Dia mengajar dan melakukan hal yang benar? Apa yang Yesus lakukan hingga Dia mesti menanggung hukuman mati?

Paulus menyampaikan pesan berikut, “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).

Dikatakan bahwa Yesus Kristus telah mati untuk menunjukkan kasih Allah kepada kita. Mmm, menunjukkan kasih? Kasih seperti apa yang Allah ingin nyatakan lewat hukuman mati? Bukankah hukuman mati identik tak berbelas kasihan?

Dengan melewati hukuman mati, Allah menyatakan bahwa kasih-Nya amat luhur. Begitu tinggi dan luhurnya kasih Allah, sehingga ketika kasih itu terhalangi karena dosa, Allah harus membayar harga yang mahal pula untuk pemulihan kasih. Kasih dan pengampunan yang luhur menuntut pengorbanan yang luhur pula. Pengorbanan luhur yang tidak mungkin dikerjakan oleh orang berdosa, dan hanya bisa dikerjakan oleh Yesus Kristus yang suci tak berdosa.

Hukuman mati juga menunjukkan pribadi Allah yang kudus. Allah yang kudus berarti Allah yang tidak kompromi akan dosa. Sama seperti kasus pemerintah yang tak berkompromi terhadap narkoba, Allah tidak bisa membiarkan dosa begitu saja, namun harus menghukum dan membinasakan dosa. Karena Allah kudus, segala yang tidak kudus dan yang berbuat dosa harus dihukum mati. Tidak bisa tidak.

Mengapa harus hukuman mati? Sebab kematian menunjukkan betapa Allah serius memerangi masalah dosa. Dosa yang menjadi penghalang kasih Allah pada manusia. Dosa menjadi masalah laknat dan serius yang harus dibereskan sampai ke akar-akarnya. Tidak boleh lagi dosa berkuasa. Tidak boleh lagi dosa menutupi kasih Allah.

Saya jadi berpikir, kalau Allah memberi pengampunan atas dosa tanpa adanya hukuman mati, maka kasih Allah jadi begitu gampang dan murah. Kasih Allah begitu ecek-ecek, Allah juga menjadi pribadi yang kompromi dan dengan mudah “memaklumi” dosa manusia.

Hukuman mati terhadap dosa menunjukkan kepada kita betapa besar dan luhurnya kasih Allah bagi kita, sehingga tidak boleh ada dosa secuilpun yang mengganggu. Betapa besarnya kasih Allah sehingga Dia mau kita hidup senantiasa dalam kasih dan kebenaran-Nya.

“Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran” (1 Petrus 2:23-24).

“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka hidup, tidk lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka” (2 Korintus 5:15)

“Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah” (Roma 6:10).

Di lain waktu, ketika kita mendengar kembali hukuman mati, ingatlah sekali lagi satu pribadi yang sudah terlebih dahulu menanggung hukuman mati bagi dirimu. Yesus Kristus, Dia telah mati bagi kita bahkan ketika kita belum menyadarinya. Yesus telah menanggung hukuman mati untuk dosa-dosa kita, bahkan ketika kita belum sadar betapa berdosanya kita (Roma 5:8).

Bahan bacaan :

  1. news.liputan6.com/jokowi-tak-ada-ampun-bagi-terpidana-mati
  2. news.liputan6.com/ketua-dpr-bandar-narkoba-harus-dihukum-mati
  3. news.liputan6.com/jaksa-agung-ada-60-terpidana-akan-dieksekusi-mati
  4. news.liputan6.com/kemlu-pemerintah-indonesia-berkomitmen-berantas-narkoba

Sumber gambar : Wikipedia Commons, northdallasgazette.com

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.