Browse By

Nusa Penida Part-6 – Quicksilver

Pagi ini saya bangun jam 6 pagi, sudah ada Ismail di depan televisi pagi itu. Kami sama-sama menonton program olahraga di salah satu stasiun televisi. Selepas acara itu, kemudian dia makan pagi dengan lahapnya karena akan segera berangkat ke sekolah. Setelah itu, saya menuju ke pantai pagi itu dan mengamati kegiatan pagi yang super sibuk dengan orang-orang yang ingin pergi ke Lembongan, Kosambi, dan daerah lainnya. Pagi ini saya juga menemukan ibu-ibu luar biasa yang mampu mengangkat beban yang berat di atas kepalanya dari pantai dan dimasukkan ke kapal. Betapa hidup ini harus dilewati dengan usaha keras tanpa main-main, itulah yang menjadi pelajaran bagi saya di pagi hari itu.

Suasana pelabuhan Desa Toyapakeh pada pagi hari

Suasana pelabuhan Desa Toyapakeh pada pagi hari

Sepulang dari pantai, saya kemudian sarapan. Ibu Nur sudah membelikan menu santap nasi kuning seperti hari-hari sebelumnya. Ditemani dengan segelas teh manis hangat, saya mengawali hari itu. Sekitar pukul 11 kami ke Kantor Desa untuk bertemu dengan Pak Perbekel untuk meminta izin pemasangan alat nantinya di Desa Toyapakeh. Beliau setuju untuk memberikan ijin di mana pun asal tempatnya jelas dan bukan di daerah yang masih jadi sengketa dengan desa lain.

Sepulang dari Kantor Desa, ternyata keluarga Pak Mahmudin sudah pergi jalan-jalan ke pantai Crystal Bay dan tempat lainnya (saya lupa namanya). Siang itu, saya dan Oky membuat alat mengukur kecepatan laut dengan tali. Rencananya kami akan menghitung kecepatan arus laut nanti sore, menunggu Mas Yusuf dan Pak Raju datang nanti. Selepas makan siang saya sempat menonton Djarum Indonesia Open di televisi. Mengisi waktu luang, saya menonton sambil berteriak-teriak seperti yang biasa saya lakukan saat menonton pertandingan bulutangkis.

Recommended for you

Baca Halaman Selanjutnya — 1 2

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.