Browse By

Pelajaran Hidup dari The World of the Married

Pelajaran Hidup dari The World of the Married–Siapa yang tidak tahu “The World of the Married”? Sepertinya hampir semua masyarat di Indonesia membicarakannya, apalagi serial ini muncul di tengah-tengah kondisi Work From Home (WFH) yang membuat kita memiliki banyak waktu tambahan di rumah. Kehadiran internet dan juga situs-situs berbagi film juga membuat para penggemar bisa menyaksikannya, bahkan hanya semalam saja setelah episode barunya keluar di Korea Selatan. Istri saya adalah salah satu penggemarnya. Setiap sabtu dan minggu beberapa minggu ini, dia menunggu dan menghabiskan waktu menonton serial ini melalui layar gawainya. Saking hebohnya, salah satu stasiun TV swasta bahkan menayangkan seluruh episodenya mulai minggu kemarin. Di jam prime. Membuat serial ini semakin tenar dan ditonton oleh banyak orang, tentu dengan banyak selipan iklan di dalamnya.

Serial “The World of the Married” mulai ditayangkan di saluran kabel JTBC pada tanggal 27 Maret, setiap hari Jumat dan Sabtu, dan pada tanggal 2 Mei mencatat peringkat pemirsa tertinggi 26,7 persen dalam kategori drama Korea dalam sejarah televisi  di negara itu. Episode tanggal 2 Mei ini juga yang menjadi trending twitter di Indonesia, membuat rasanya begitu sayang untuk meraup untung dari pangsa pasar televisi Indonesia.

pelajaran Hidup dari The World of the Married

pelajaran Hidup dari The World of the Married

Serial ini berkisah tentang kehidupan seorang dokter yang sukses Sun Woo (Kim Hee-ae) yang berpikir dia memiliki segalanya. Keluarga yang bahagia, karier yang bagus, kekayaan yang lebih dari cukup, dan teman-teman yang baik. Tetapi suatu hari, dia mengetahui bahwa suaminya Lee Tae-oh (Park Hae-joon) selingkuh. Tak cukup sampai di situ, dia menemukan fakta seluruh teman-temannya tahu mengenai hal itu dan menyembunyikan hal itu darinya. Alur ceritanya diangkat dari cerita “Doctor Foster” yang ditayakan di saluran BBC. Kisah yang “cukup dekat” dengan kehidupan keseharian, yakni kehadiran “pelakor” atau “perebut laki orang” di dalam keluarga yang harmonis. Apalagi dengan sedikit latar belakang serial Indonesia bertema “azab” atau “karma” yang juga banyak mengangkat tema serupa.

Apa saja yang bisa kita pelajari dari serial ini?

Pelajaran Hidup dari The World of the Married

Pertama, It’s not a crime to fall in love. Jatuh cinta bukanlah kejahatan. Benar, tapi…

Itu akan menjadi kejahatan ketika kita menjalin hubungan dengan orang lain (entah pacaran, tunangan, bahkan menikah). Kita memutuskan untuk mengambil komitmen hubungan dengan seorang pria atau seorang wanita, artinya kita harus menjaga komitmen itu. Apalagi saat sudah menikah, di mana kita berjanji kepada Allah untuk saling mencintai di kala susah dan senang, bahkan hingga kematian memisahkan. Tidak ada kondisi yang membenarkan pernyataan di atas, bahkan di saat kita sudah memiliki banyak harta, posisi atau jabatan yang baik. Jika tiba-tiba kita merasa tidak bahagia di dalam sebuah hubungan, mari renungkan dan pikirkan bagaimana dan di mana kita mulai jatuh cinta kepada pasangan kita.

Kedua, jangan berada dalam hubungan yang dapat membunuh kita! Segera tinggalkan.

Mungkin terlalu keras. Namun, beberapa di antara kita mungkin memiliki hubungan yang bahagia di luar namun terasa menyakitkan di dalam. Jangan memilih hubungan yang dapat membunuh Anda baik secara fisik maupun secara perasaan. Hubungan racun (toxic relationship) bisa jadi kelihatan bahagia dan menyenangkan, namun bisa menyakiti fisik dengan pemukulan bahkan tekanan mental dari pasangan. Hubungan seperti itu sudah selayaknya diakhiri, jangan pernah berpikiran Anda bisa mengubahnya menjadi lebih baik. Atau dia suatu saat akan berubah menjadi baik setelah berhubungan dengan Anda. Hubungan yang seimbang: saling menghargai, saling mendukung, merendahkan ego, dan tidak ada unsur gangguan fisik dan mental adalah yang terbaik. Dan percayalah, itu bukan utopia atau impian yang mengawang-awang. Kita bisa memilih dan memilikinya.

Ketiga, menjadi teman itu baik. Tetapi menjadi teman yang baik itu jauh lebih baik.

Menjadi seorang teman bagi orang lain tentulah hal yang baik. kita diciptakan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Tetapi menjadi teman yang baik itu sulit apalagi saat kita mengetahui dia telah melakukan kesalahan. Teman yang baik seharusnya mengingatkan akan suatu kesalahan dan mencoba mengembalikan ke jalan yang benar. Teman-teman Lee Tae-oh sudah mengetahui bahwa dia telah melakukan kesalahan. Namun, tidak ada yang mengingatkan atau menegurnya. Malah semakin membela kesalahannya dengan kebohongan-kebohongan lainnya. Mengingatkan teman yang melakukan kesalahan memang mengandung risiko: dia mungkin marah dan merasa kita ikut campur. Namun, teman yang baik adalah teman yang mampu menegur dan mengingatkan. Sama seperti syair seorang bijak, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah” (Amsal 27:5-6).

Sumber gambar: hellokpop.com

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.