Browse By

Tuhan Mengetuk Pintu

Salah satu cara yang digunakan Tuhan untuk menunjukkan kasih-Nya kepada kita adalah dengan memberikan kebebasan untuk memilih. Manusia disebutkan sebagai ciptaan yang luhur, berbeda dengan ciptaan-ciptaan lainnya, karena manusia memiliki kehendak bebas, kita bebas memilih diantara berbagai pilihan-pilihan yang tersedia. Baik pohon maupun binatang tidak memiliki kebebasan sejenis ini.

Sama seperti orangtua yang bijaksana tidak akan pernah memaksa anak-anaknya untuk selalu mengatakan, “Aku mengasihi-Mu,” Tuhan pun tidak memaksa kita. Dialah yang secara aktif menunjukkan kasih-Nya kepada setiap kita dan memberikan kita kebebasan mengenai cara kita untuk menanggapi kasih-Nya itu. Kebebasan itu juga bahkan bisa digunakan untuk mengabaikan atau mengacuhkan kasih Tuhan.

Ketika Tuhan Mengetuk Pintu

Mari kita lihat sebentar sebuah ayat yang terkenal, di dalam Wahyu 3:20, “Lihat! Aku berdiri di depan pintu dan mengetuk. Kalau ada orang yang mendengar suara-Ku, dan membuka pintu, Aku akan masuk menemui dia; Aku akan makan bersama-sama dia dan ia makan bersama-sama Aku.”

Ada sebuah pintu di dalam hidup kita, dan pintu itu hanya bisa dibuka dari dalam. Kitalah yang membuat pilihan untuk membuka pintu hati kita kepada Yesus Kristus saat kita menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Meskipun kita tahu jelas bahwa ada Roh Kudus yang selalu bekerja untuk mendorong kita menanggapi kasih-Nya, pilihan selalu ada di tangan kita.

Tuhan mengetuk pintu hati kita selalu. Tuhan mengetuk pintu. Kadang, pintu itu kita buka dengan segera. Kita mau menanggapi kasih Tuhan dengan bersyukur dan mengundang-Nya masuk ke dalam kehidupan kita. Kadang juga, pintu itu lama tidak kita buka. Kita memilih untuk mengandalkan diri sendiri atau pun orang lain ketimbang mengandalkan Tuhan. Hingga pada suatu titik kita menemukan kita membutuhkan kasih Tuhan di dalam kehidupan ini. Ternyata, Tuhan masih di depan pintu. Dia sabar untuk menunggu kita membukakan pintu hati kita bagi-Nya. Kasih-Nya begitu besar bagi kita untuk sekedar meninggalkan pintu tersebut hanya karena kita lama tidak membukanya. Tuhan mengetuk pintu hati kita selalu dengan setia.

Lalu, apakah pilihan kita hanya terbatas kepada buka membuka pintu hati kita? Tentu saja tidak! Bayangkan kehidupan kita layaknya sebuah rumah. Tuhan mengetuk pintu depan rumah kita, dan kita pun membuka pintu bagi-Nya. Selanjutnya, kita akan mengundang Yesus ke mana? Banyak orang percaya yang hidup dengan membiarkan Tuhan hanya berdiri di depan pintu. Mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, namun mereka tidak mau menyerahkan hidup-Nya kepada Tuhan.

Sepanjang kehidupan kita sebagai orang percaya, kita akan selalu memiliki kebebasan untuk memilih mengundang-Nya masuk ke semua ruangan di rumah (kehidupan kita) atau hanya membiarkannya berdiri di depan pintu yang sudah terbuka itu.

Meskipun kehidupan ini tidak akan pernah seperti rumah beserta dengan ruangan-ruangannya, mari kita lihat ilustrasi ini lebih jauh lagi. Di dalam rumah kita ini mungkin ada ruangan yang harus diperbaiki, atapnya yang bocor, catnya yang sudah mulai terkelupas, atau lantai yang kotor dan retak. Ruangan ini menggambarkan hubungan kita dengan orang lain, seperti dengan orangtua, teman, di kuliah, atau teman kerja. Dengan mengijinkan Tuhan masuk dan memperbaiki ruangan-ruangan itu, kehidupan ini pastilah akan menjadi lebih baik lagi. Atapnya tidak bocor lagi, cat baru sudah mengganti cat yang lama, dan lantai mengkilap yang amat indah.

Setiap hari kita akan dihadapkan pada banyak sekali pilihan. Pilihan untuk berkuliah di universitas tertentu, pilihan untuk mengambil jurusan yang kita sukai, pilihan untuk memilih pasangan hidup, pilihan untuk bekerja di suatu instansi, dan pilihan-pilihan lainnya mengenai uang, popularitas, kesenangan, maupun pelayanan. Tuhan sangat mengasihi kita sehingga Dia tidak akan pernah mengambil kebebasan kita untuk memilih, meskipun ini berarti kadang kita akan jatuh kepada pilihan-pilihan yang salah dan merugikan kita sendiri.

Sekarang semuanya ada pada kita. Ada di tangan kita–semua keputusan-keputusan yang harus diambil–di dalam kehidupan ini. Percayalah, Tuhan tahu apa yang terbaik bagi setiap kita. Buatlah pilihan-pilihan yang kita tahu memang diinginkan Tuhan.

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.