Browse By

Sains Membuktikan Allah itu Ada

Sains membuktikan Allah itu ada

Sains membuktikan Allah itu ada
sumber gambar: http://www.bible-reflections.net/image/full/1695/god-and-science.jpg

Kali ini saya ingin merangkum apa yang saya baca tentang fakta-fakta sains membuktikan Allah itu ada.

Para ilmuwan memperkirakan sedikitnya perlu 18 hukum fisika untuk menjadikan dunia dalam harmoni sempurna. Harmoni sempurna yang membuat bumi cocok untuk ditempati oleh makhluk hidup. Harmoni yang mengijinkan manusia untuk tinggal di dalamnya. Misalnya saja, hukum gravitasi (gravity force), kekekalan energi (conservation of energy), gaya nuklir kuat (strong nuclear forces), gaya nuklir lemah (weak nuclear forces), gaya elektromagnetik (electromagnetic forces), dan yang lainnya. Sedikit saja hukum-hukum ini bergeser, bumi mungkin akan jadi seperti Planet Venus. Planet yang panas, beracun, dan tidak bisa ditempati makhluk hidup.

Sains Membuktikan Allah itu Ada

Dalam beberapa artikel sebelumnya mengenai Teori Kuantum (Quantum Theory), saya sudah pernah membahas mengenai empat buah gaya dasar dalam alam semesta (Four Fundamental Forces). Gaya itu adalah gaya gravitasi, elektromagnetik, gaya nuklir lemah, dan gaya nuklir kuat. Semuanya sudah disinggung sebelumnya. Saya ingin mendalami khusus soal gaya nuklir kuat (strong nuclear force). Gaya ini adalah gaya yang mengikat partikel sub atom dalam inti atom. Partikel sub atom itu sendiri adalah proton dan neutron. Proton bermuatan positif sedangkan neutron tidak bermuatan. Saya pikir teman-teman sudah mengetahuinya bukan? Dalam inti atom, jumlah proton dan neutron itu lebih dari satu (kecuali unsur hidrogen karena jumlahnya hanya satu), dan sudah pasti ada gaya tolak-menolak di antara proton dan proton. Tapi karena ada gaya superkuat ini, proton-proton itu tetap ada dalam inti atom. Proton-proton tetap pada posisinya dan tidak saling bertolakan. Sekedar tambahan, gaya nuklir kuat inilah yang menjadi energi nuklir dalam reaksi fisi dan fusi. Dengan memancingnya dengan sebuah proton asing, kesetimbangan dalam inti atom hancur seketika. Energi nuklir pun seketika dipancarkan keluar atom dan merusak kesetimbangan atom lain di sekitarnya. Energinya semakin dan semakin besar, jumlah inti atom yang dirusak pun makin banyak. Inilah yang dinamakan reaksi berantai (chain reaction). Reaksi yang kadang-kadang menyebabkan kecelakaan kalau tidak bisa dikontrol.

Maaf, saya jadi malah menuliskan mengenai reaksi inti atom. Kita kembali ke pembahasan awal, mengenai gaya nulir kuat. Kita dapat melihat gaya nuklir kuat ini setiap hari karena matahari melakukannya setiap saat bagi kita semua di bumi. Tiap detik matahari “terbakar” dan menghasilkan energi lewat reaksi fusi yang melibatkan gaya nuklir kuat. Reaksi fusi adalah reaksi penggabungan. Di matahari, atom-atom helium mengalami reaksi fusi dan bergabung membentuk atom hidrogen. Nah, energi yang dihasilkan ini terpancar ke seluruh tata surya, termasuk ke bumi.

reaksi fusi di matahari

reaksi fusi di matahari
sumber gambar: http://c03.apogee.net/contentplayer/?coursetype=kids&utilityid=novec&id=16182

Sekarang saya akan masuk ke bagian yang penting. Konsentrasi ya teman-teman! Saat mengalami fusi, 0.7 persen dari massa berubah menjadi energi (perubahan massa menjadi energi inilah yang dibuktikan Albert Einstein lewat persamaannya yang terkenal E=mc2). Andaikan persentasenya lebih kecil sedikit apa yang terjadi? Misalnya saja 0.6 persen. Kalau 0.6 persen, proton dan neutron mungkin tidak bisa berikatan. Kalau tidak bisa berikatan, maka proton dan neutron akan jadi sendiri-sendiri, alias jadi atom hidrogen. Wah gawat dong! Kalau begitu jadinya, seluruh tata surya akan dipenuhi gas hidrogen. Bumi jelas tidak bisa ditempati dan matahari akan cepat meredup dan mati (karena semuanya berubah jadi hidrogen, jadi tidak akan ada lagi reaksi fusi dan matahari akan kehilangan energinya).

Itu kalau persentasenya turun. Bagaimana kalau persentasenya naik? Misalnya saja 0.8 persen. Kalau 0.8 persen, reaksi fusi akan menjadi sangat cepat, sehingga tidak ada atom hidrogen yang terbentuk. Dan ini juga berarti tidak ada kehidupan di bumi. Alam semesta ini tercipta begitu teratur dan harmonis bahkan sampai tingkat sub atom sekalipun. Persentase massa yang berubah menjadi energi pun terbatas, hanya diantara 0.6-0.8 persen. Persentase yang luar biasa kecil namun pengaruhnya adalah hidup dan mati!

Selain contoh gaya nuklir kuat seperti yang sudah dibahas sebelumnya, masih ada puluhan contoh yang membuktikan bahwa alam semesta ini diciptakan begitu teratur dengan tingkat ketelitian yang begitu fantastis. Tidak mungkin semua keteraturan ini tercipta begitu saja, tercipta secara kebetulan. Pasti ada sosok yang Mahakuasa, Maha Agung yang menciptakan planet bumi dan alam semesta ini.

Kita yang sudah percaya pada Allah dan Firman-Nya mungkin tidak terlalu terkejut dengan penemuan keteraturan alam semesta ini. Itu karena Alkitab sudah menuliskan hal yang serupa, “Oleh Dia (Yesus) Allah telah menjadikan alam semesta. Ia (Yesus) adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan” (Ibrani 1:2-3).

Allah memang tidak kelihatan, namun Dia telah menunjukkan bukti keberadaan-Nya di antara alam semesta dan dunia di mana kita hidup. Dunia yang dapat kita lihat dan alam semesta yang bisa dipelajari. Semuanya seakan-akan berisi pesan dari Allah, “Aku telah menciptakannya ini spesial untukmu.”

The heavens proclaim the glory of God. The skies display his craftsmanship. Day after day they continue to speak; night after night they make him known. They speak without a sound or word; their voice is never heard. Yet their message has gone throughout the earth, and their words to all the world (Psalm 19:1-4).

Artikel dalam Satu Tema:

1. Allah itu Ada dan Hidup
2. Dunia Membuktikan Allah itu Ada
3. Sains Membuktikan Allah itu Ada

Bahan Belajar Lanjutan:
The Fundamental Forces of Nature
What are the four fundamental forces of nature? (howstuffworks)
Fusion in the Sun

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.