Browse By

Ingwer Ludwig Nommensen

Hari ini, 6 Februari ratusan tahun yang lalu, lahirlah seorang anak yang kita kenal bernama Ingwer Ludwig Nommensen, Lahir pada tanggal 6 Februari 1834 di Nortdstrand, perbatasan Denmark -Jerman dan kembali kerumah Bapa pada tanggal 23 Mei 1918 di Sigumpar, Tapanuli, Sumatera utara, pada usia 84 tahun.

Ingwer Ludwig Nommensen

Nommensen adalah seorang tokoh pengabar Injil berkebangsaan Jerman yang terkenal di Indonesia. Hasil dari pekerjaannya adalah berdirinya sebuah gereja terbesar di wilayah suku bangsa Batak Toba. Gereja itu bernama Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Tidak berlebihan, jikalau ia diberi gelar Rasul Batak. Ia sudah memberikan seluruh hidupnya bagi pekerjaan pengabaran Injil di tanah Batak. Ompui Nomensen melakukan pelayanan serta penginjilan untuk orang-orang BATAK selama kurang lebih di 56 tahun terakhir di sisa hidupnya, merupakan Ephorus Pertama HKBP Periode 1881-1918 selama 37 tahun.

Ingwer Ludwig Nommensen

Ingwer Ludwig Nommensen

Nommensen sejak kecil sudah hidup di dalam kemiskinan dan penderitaan. Sejak kecil ia sudah mencari nafkah untuk membantu orang tuanya. Ayahnya adalah seorang yang miskin dan selalu sakit-sakitan.

Pada umur 8 tahun, ia mencari nafkah dengan menggembalakan domba milik orang lain pada musim panas, dan pada musim dingin ia bersekolah. Pada umur 10 tahun ia menjadi buruh tani sehingga pekerjaan itu tidak asing lagi baginya. Semuanya ini tampaknya merupakan persiapan bagi pekerjaannya sebagai pengabar Injil di kemudian hari.

Tahun 1846 Nommensen mengalami kecelakaan yang serius. Pada waktu ia bermain kejar-kejaran dengan temannya, tiba-tiba ia ditabrak oleh kereta berkuda. Kereta kuda itu menggilas kakinya sehingga patah. Oleh karenanya, terpaksa ia hanya bisa berbaring saja di tempat tidur selama berbulan-bulan. Teman-temannya biasa datang untuk menceritakan pelajaran dan cerita-cerita yang disampaikan guru di sekolah. Cerita-cerita itu adalah tentang pengalaman pendeta-pendeta yang pergi memberitakan Injil kepada banyak orang, dan Nommensen sangat tertarik mendengar cerita-cerita itu.

Lukanya makin parah, sehingga dia tidak dapat berjalan sama sekali. Sekalipun sakit, Nommensen belajar merajut kaos, menjahit, dan menambal sendiri pakaiannya yang robek. Pada suatu hari, ia membaca Yohanes 16:23-26, yaitu tentang kata-kata Tuhan Yesus bahwa siapa yang meminta kepada Bapa di Surga, maka Bapa akan mengabulkannya. Nommensen bertanya kepada ibunya, apakah perkataan Yesus itu masih berlaku atau tidak. Ibunya meyakinkannya bahwa perkataan itu masih berlaku. Ia mengajak ibunya untuk berdoa bersama-sama. Nommensen meminta kesembuhan dan dengan janji, jikalau ia sembuh maka ia akan pergi memberitakan Injil. Doanya dikabulkan, dan beberapa minggu kemudian kakinya sembuh. Setelah sembuh, Nommensen kembali menggembalakan domba. Janjinya selalu menggodanya untuk segera memenuhinya. Oleh karena itu, ia melamar untuk menjadi penginjil pada Lembaga Pekabaran Injil Rhein (Rheinische Mission Gesselschaft = RMG). Beberapa tahun lamanya ia belajar sebagai calon pengabar Injil.

Ingwer Ludwig Nommensen Datang ke Tanah Batak

Sosok anak manusia yang memiliki keberanian, kesungguhan, ketulusan dan jiwa petualangan, ada pada diri Ingwer Ludwig Nommensen. Di besarkan di bawah budaya barat, Nommensen berani menetapkan pilihan untuk mendatangi dunia lain yang sama sekali berbeda, jauh dan penuh misteri — Tanah Batak .

Setelah dididik oleh Rheinische Mission Gesselschaft (RMG), dan ditahbiskan pada bulan Oktober 1861, beliau berangkat ke Sumatera. Ia tiba di Padang pada tanggal 14 mei 1862. Rencananya adalah bekerja di kalangan orang Batak. untuk tiba di tempat yang akan ditujunya menghabiskan waktu 142 hari, yang saat ini dapat kita tempuh hanya 11 jam kurang lebih.Perbedaan budaya, bahasa dan agama tidak menyurutkan niatnya untuk memulai “pengabdian” di tengah perlawanan dan ancaman Bangsa Batak yang belum terbiasa menerima kehadiran “orang aneh”,

Orang – orang yang pertama, empat lelaki, empat wanita dan lima anak-anak, dibaptis oleh Nommensen pada tangal 27 Agustus 1865. Dia juga mendirikan Huta Dame (Kampung Pardamean) dengan sebuah gereja sederhana, sekolah dan beberapa rumah lain. Tantangan demi tantangan yang datang dari masyarakat, raja-raja dan bahkan dari lembaga zending di Barmen dihadapi Nommensen dengan tabah dalam merealisasi cita-citanya.

Nommensen meminta izin untuk masuk ke pedalaman namun dilarang oleh pemerintah, karena sangat berbahaya bagi seorang asing. Namun Nommensen tidak takut. Ia memilih Silindung sebagai tempat tinggalnya yang baru. Ia mendapat gangguan yang hebat di sini, namun ia tidak putus asa. Ia berhasil mengumpulkan jemaatnya yang pertama di Huta Dame (Kampung Damai). Tahun 1873 ia mendirikan sebuah gedung gereja, sekolah, dan rumahnya sendiri di Pearaja. Sampai sekarang Pearaja menjadi pusat HKBP.

Pekerjaan Nommensen diberkati Tuhan, sehingga Injil makin meluas. Kemudian dia pindah tempat tinggal ke kampung Sigumpar pada tahun 1891, dan ia tinggal di sana sampai dia meninggal.

Nommensen memberitakan Injil di tanah Batak dengan berbagai macam cara. Ia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru (PB) ke dalam bahasa Toba dan menerbitkan cerita-cerita Batak. Ia juga berusaha untuk memperbaiki pertanian, peternakan, meminjamkan modal, menebus hamba-hamba dari tuan-tuannya, serta membuka sekolah-sekolah dan balai-balai pengobatan.

Dalam pekerjaan pengabaran Injil, ia menyadari perlunya mengikutsertakan orang-orang Batak. Maka dari itu, dibukalah sekolah penginjil yang menghasilkan penginjil-penginjil Batak pribumi. Juga untuk kebutuhan guru-guru sekolah, dia membuka pendidikan guru.

Karena kecakapan dan jasa-jasanya dalam pekerjaan penginjilan, maka pimpinan RMG mengangkatnya menjadi Ephorus pada tahun 1881.

Akhir Hidup Ingwer Ludwig Nommensen

Dalam sepucuk surat yang dikirimkannya ke Barmen, dia berbicara tentang suatu penglihatan yang dia perolah tentang hari depan masyarakat Batak yang dilayani ini :

“Dalam roh saya melihat dimana-mana jemaat-jemaat Kristen, sekolah-sekolah dan gereja-gereja kelompok orang Batak tua dan muda yang berjalan ke gereja-gereja ini. Di setiap penjuru saya mendengar bunyi lonceng gereja yang memanggil orang-orang beriman datang ke rumah Alah. Saya melihat dimana-mana sawah-sawah dan kebun-kebun yang telah diusahakan, padang-padang penggembalaan dan hutan-hutan yang hijau, kampung-kampung dan kediaman-kediaman yang teratur didalamnya terdapat keturunan-keturunan yang berpakaian pantas. Selanjutnya, saya melihat pendeta-pendeta dan guru-guru orang pribumi Sumatera berdiri di panggung-panggung dan di atas mimbar-mimbar, menunjukkan cara hidup Kristen kepada yang muda maupun yang tua.

Anda mengatakan bahwa saya seorang pemimpi, tetapi saya berkata : tidak, saya tidak. Saya tidak bermimpi. Iman saya melihat ini semua; hal ini akan terjadi, karena seluruh kerajaan akan menjadi milikNya dan setiap lidah akan mengetahui bahwa Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Karena itu, saya merasa gembira, walaupun rakyat mungkin menentang firman Allah, yang mereka lakukan tepat seperti mudahnya mereka mencegah firman Allah dari hati mereka.

Suatu aliran berkat pastilah akan mengalir atas mereka. Hari sudah mulai terbit. Segera cahaya terang akan menembus, kemudian Matahari Kebenaran dalam segala kemulianNya akan bersinar atas seluruh tepi-langit tanah Batak dari Selatan bahkan sampai ke pantai-pantai Laut Toba”

Ketika Nommensen meninggal pada tanggal 23 Mei 1918, Gereja HKBP telah bertumbuh dan mencakup kurang lebih 180.000 orang anggota yang dibaptis, sekolah-sekolah yang berjumlah 510 buah itu mempunyai 32.700 orang murid yang terdaftar dan gereja yang dipimpin oleh 34 orang Batak yang ditahbiskan, 788 orang guru Injil dan 2.200 orang penatua.

Kiranya TINDAKAN KASIH dari Allah Bapa yang datang kedunia dalam Yesus Kristus Tuhan kita, juga Tindakan Kasih dari Allah Bapa yang mengirimkan penginjil ketanah Batak melalui Ompui Nommensen yang datang dari kampung halamannya Jerman menuju tanah Batak yang penuh pengorbanan dan resiko, kiranya selalu menjadi inspirasi dan teladan buat kita generasi penerus ruas HKBP dimana saja dalam hal melayani, mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita dalam Yesus Kristus, Tuhan kita.

Sumber:
HKBP-Menjadi Berkat Bagi Dunia
Biografi Ingwer Ludwig Nommensen

Sumber gambar : Blogspot

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.