Browse By

Biografi Pendeta Petrus Octavianus

Pendeta Petrus Octavianus merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, yang dilahirkan pada 29 Desember 1928 di Desa Laes, Kecamatan Rote Barat Daya, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Seorang anak pasangan petani miskin Klan Octavianus dan Paulina Pandie ini sejak awal sudah akrab dengan penderitaan, sebab belum genap usia dua tahun ayahnya sudah meninggal. Ibundanya berjuang sekuat tenaga menghidupi ketujuh anaknya dalam kondisi pas-pasan. Derita yang dialami Petrus Octavianus tidak membuatnya putus asa tetapi justru memacu semangatnya untuk terus maju dan berjuang.

Perjalanan Panjang Petrus Octavianus

Pendeta Petrus Octavianus

Pendeta Petrus Octavianus

Tekad Pendeta Petrus Octavianus kecil menimba ilmu sangat kuat. Di usia 14 tahun, Pendeta Petrus Octavianus nekad menumpang kapal layar ke Kupang, agar bisa menimba ilmu dan tinggal di asrama Oepura. Tiga tahun kemudian, dia pindah ke sekolah milik Belanda bernama Oetona. Setelah menamatkan pendidikan di Opleiding Voor Volkonderwyser (O.V.O) pada 1947, Pendeta Petrus Octavianus mulai mengajar di kelas 3 sekolah rakyat di desa Bakunase dan menerima gaji untuk pertama kali. Dua tahun kemudian dia melanjutkan pendidikan di SGA (sekolah Guru Atas) Kristen milik Belanda di Ambon. Tahun 1948 hingga 1950 terlibat dalam latihan militer, lantas dititipkan pada Pdt. Siahaya dari GPIB Tanjung Perak Surabaya. Begitulah jalan panjang nan berliku harus ditempuh sebelum Pak Petrus Octavianus berkarya di Yayasan Pelayanan Pekabaran Injil Indonesia atau YPPII Batu.

Berkat kegigihan dan ketekunannya serta oleh anugerah Tuhan, maka ia berhasil mendirikan Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) di Jalan Trunojoyo, Batu pada 4 Maret 1961, yang kemudian disahkan PN Malang, pada 13 September 1969. Saat itu pun, tak banyak orang yang percaya bahwa di tanah gersang dan hanya ada rumah berdinding gedeg atau bambu tempat keluarga Pak Petrus Octavianus tinggal dan melayani akan hadir sebuah yayasan Kristen yang memiliki cakupan pelayanan begitu luas seperti saat ini. Ada tiga lembaga pendidikan di Indonesia yang telah didirikan, YPPII di Kota Batu, YPPII di Tanjung Enim Sumatera Selatan dan YPPII di Anjungan Kalimantan Barat. Yayasan YPPII lewat berbagai lembaga pendidikan dan lembaga latihannya melahirkan ratusan kader, penginjil dan petugas yang termotivasi oleh semangat tinggi seorang Petrus Octavianus. Kini mereka tersebar di seluruh Indonesia. Sejak Banda Aceh sampai Papua, mulai Minahasa hingga Kupang. Sebagian sudah selesai, lulus, berkarya dan menempati posisi atau jabatan strategis di masyarakat.

Kehidupan masa kecil yang penuh penderitaan dan kekurangan membuat Oktav dengan mudah tersentuh pada nasib kaum papa dan termarginalkan. Dan hingga kini sudah ada sekitar 30 ribu siswa atau anak asuh yang telah dibina melalui panti asuhan Peduli Kasih yang dia dirikan. “Saat ini ada sekitar 576 anak yang diasuh, tanpa melihat latar belakang agama, suku atau jenis kelamin. Bahkan kalau didata, yang Kristen tak sampai 10 persennya,” ujar Sekretaris Umum YPPII Pendeta Jansen Animan, seperti yang dilansir Sinar Harapan.

Karir Pendeta Petrus Octavianus

Ketekunan doa dan perkenanan Tuhan membuat anak yatim asal Rote tersebut berhasil menapak ke atas, meraih gelar Doctor of Divinity dari Biola University di Los Angeles tahun 1980, serta Doctor of Philosophy dari Kennedy Western University, Wyoming tahun 1999. Segudang pengalaman dan karir baik dalam pelayanan di dalam negeri maupun luar negeri sangat diapresiasi masyarakat Indonesia dan dunia. Disamping sebagai pengagas dari YPPII Batu, Beliau juga sebagi ketua pendiri Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) yang dahulu bernama PII serta pendiri Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) sebelumnya bernama Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII). Pak Petrus Octavianus juga sering disebut sebagai tokoh Kristen dan peletak dasar gerakan Injili dan Kekristenan modern di Indonesia.

Pelayanan Pak Petrus Octavianus telah diterima secara luas di Indonesia, sehingga tanggal 29 Juni 2000, Presiden Republik Indonesia: Bapak KH Abdurrahman Wahid beserta isteri dan rombongan para pejabat Pemerintah berkunjung di kediamannya di Batu, Jawa Timur. Dalam pidatonya Gus Dur mengatakan: “Saya baru pertama kali ini datang kemari, walaupun sudah lama mendengar apa yang dikerjakan oleh Pak Petrus Octavianus. Beliau merupakan contoh dari orang yang berjuang untuk kepentingan sesama melalui agamanya.” “Bapa Tua (Petrus Octavianus) sangat mengasihi siapapun. Beliu punya motto: hidupku untuk Tuhan dan untuk sesama, menyelamatkan masa depan bangsa,” kata Daniel Molindo alias Teddy yang pernah dibina almarhum kepada Malang Post.

Ketua Dewan Pengawas YPPII, Effendi Situmorang mengungkapkan, Petrus Octavianus merupakan sosok tokoh bangsa yang patut menjadi teladan. Pasalnya, selain membina anak-anak bangsa, dia juga peduli terhadap keutuhan NKRI. ”Keluarga besar merasa kehilangan tokoh sentral dan spiritnya, yang selama ini mewarnai dan memberikan banyak inspirasi,” sebutnya pada Malang Post.

Pak Petrus Octavianus merupakan salah satu pemuka agama yang selama hidupnya mendedikasikan untuk bangsa dan negara. Dia berteman baik dengan tokoh nasional setingkat Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid, mantan Ketua Umum Muhammaddiyah Syamsul Ma’arif, Prabowo Subianto dan tokoh indonesia lainnya. “Semboyan hidup beliau: Hidupku untuk Tuhan dan sesama, serta menyelamatkan generasi masa depan bangsa,” tuturnya lagi.

Petrus Octavianus pernah menjadi politikus, pimpinan Parkindo, tetapi akhirnya meninggalkan semua itu untuk sepenuhnya bekerja di ladang Tuhan dengan menjadi pendeta. Pengalaman sebagai pendeta membawanya mengembara melayani umat di lebih dari 85 negara di lima benua. Semasa Amerika Serikat merayakan 200 tahun kemerdekaan, Petrus Octavianus juga diundang makan oleh Presiden Jimmy Carter. Ada cerita juga bahwa ia pernah ditahan 10 hari di China karena berceramah tanpa izin.

Pak Pendeta Petrus Octavianus juga dikenal punya hubungan yang dekat dengan Amerika Serikat. Selain bersahabat dengan Billy Graham, seorang penginjil tingkat dunia, Pak Petrus Octavianus juga pernah diundang makan Presiden Jimmy Carter pada acara peringatan 200 tahun kemerdekaan Amerika Serikat, Pak Petrus Octavianus termasuk segelintir orang di Indonesia yang mempunyai hotline dengan White House. Kedekatan dengan AS juga terbukti bahwa sejak tahun 1987 sampai saat pemerintahan Presiden George W Bush, beliau selalu diundang menghadiri acara National Prayer Breakfast (NPB). NPB adalah suatu acara yang secara reguler diadakan pemerintah AS yang menghadirkan para tokoh politik dan rohaniawan. Bahkan, Pak Pendeta Petrus Octavianus pernah mengirim surat ke Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, mengajak mengedepankan perdamaian di dunia ini. Dia pun menjadi penghubung Indonesia dengan Amerika Serikat.

Menurut Berita Sinar Harapan, putra ke empat almarhum, Jacub Octavianus mengungkapkan, kerja keras ayahnya bisa dilihat dari berdirinya perwakilan YPPII di 27 provinsi dan lima gereja yang tergabung dalam GEKISUS (Gereja Kristen Sumatra Selatan), yakni Gereja GPIB, HKBP, Gereja Jawa dan Methodis di Palembang dan Tanjung Karang. YPPII juga mendirikan tiga Sekolah Tinggi Teologi diantaranya di Tanjung Enim Sumatera Selatan dan di Anjungan Kalimantan Barat. Selama masa hidupnya, Octav sudah menghasilkan karya sekitar 105 judul buku.

Selama masa hidupnya, sudah menghasilkan karya sekitar 105 judul buku. Beberapa buku diterbutkan dalam bahasa Inggris. Kegemaran mengajar mengantarnya menjadi penulis buku yang sangat produktif. Sudah banyak buku berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang dia tulis mengenai agama, kehidupan masyarakat, manajemen, dan pemerintahan. Dalam buku yang bertajuk “Menuju Indonesia Jaya (2005-2030) dan Indonesia Adidaya (2030-2055)” Jilid I-III yang berisi Solusi Masalah Bangsa Indonesia dan Benang Merah Pembangunan, diawali dengan sebuah visi dan mimpi yang besar bahwa Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang jaya bahkan adidaya. Buku jilid I hanya diselesaikan hanya dalam 45 hari. Sebagai seorang pelayan Tuhan “berkaliber” internasional, Pendeta Petrus Octavianus meyakini apa yang ia imani itu akan menjadi kenyataan. “Tuhan banyak memberikan visi kepada saya. Dan visi Tuhan itu selalu saya imani dan tidak pernah salah,” katanya.

Petrus Octavianus : Ayah Teladan

Dari lembaga pelatihan dan pendidikan yang didirikannya telah melahirkan anak-anak rohani yang berkarya dan menempati posisi atau jabatan strategis di masyarakat. Gaya hidup yang sederhana, tidak mudah menyerah dan penuh ketekunan memberikan teladan bagi anak-anak rohaninya dan juga delapan anaknya, buah pernikahan Pak Petrus Octavianus dengan Ibu Henriene Mone, yang semuanya sudah menjadi sarjana dalam beragam disiplin ilmu.

Dia adalah suami dan ayah yang patut dipanut, dihormati dan dikasihi, karena mencintai dan mengasihi keluarganya. Sebab, meskipun seperti dikisahkan dalam otobiografinya Hidupku untuk Tuhan dan Sesama, Petrus Octovianus selalu pergi dan berada di tengah-tengah mereka yang dilayani, tetapi dia tetap seorang ayah bagi putra-putrinya dan suami terkasih bagi istrinya dengan memberikan perhatian dan kasihnya.

Sumber Berita: Sinar Harapan, Malang Post, Memo Arema, Tribunnews Surabaya, yyhendrikjs blog
Sumber Foto : surabaya.tribunnews.com

Recommended for you

5 thoughts on “Biografi Pendeta Petrus Octavianus”

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.