Browse By

Semuanya adalah dari Tuhan

Hidup penuh dengan berbagai pengalaman dari setiap peristiwa yang kita dengar, kita lihat, maupun yang kita alami sendiri. Masing-masing dari peristiwa tersebut memiliki kesan dan makna yang akan sangat berharga apabila kita mau belajar dan dapat memetik hikmah dari dalamnya. Namun sebaliknya, sangat merugikan apabila tidak ada sesuatu pun dari padanya yang dapat kita jadikan pelajaran.

Belajar dari Raja Uzia

Semuanya adalah dari Tuhan

Semuanya adalah dari Tuhan

Mari kita sejenak belajar dari raja Uzia. Uzia adalah raja yang menggantikan Amazia. Menjadi raja di usia yang cukup muda tidak menjadi penghalang bagi Uzia untuk mempelajari segala hal yang baik sebagai bekal baginya untuk memimpin kerajaan Yehuda. Ia tahu bahwa ayahnya adalah seorang yang melakukan hal yang benar dihadapan Allah. Uzia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh sang ayah. Hal ini membuat pemerintahannya berjalan dengan baik dan aman. Bahkan dikatakan “selama ia mencari Tuhan, Allah membuat segala usahanya berhasil” (5).

Namun sayang, seperti halnya Amazia, sang ayah, Uzia tidak luput dari ujian kesabaran dan kerendahan hati. Uzia rupanya tidak belajar bagaimana dahulu sang ayah mengakhiri pemerintahannya akibat dihukum oleh Tuhan atas sikap sombong dan ketinggian hatinya (2 Taw. 25:20-23). Hal yang sama justru diulang oleh Uzia. Ketika menjadi kuat, Uzia justru bersikap sombong dan arogan. Dia melecehkan kekudusan rumah Tuhan (19-20). Tuhan pun menjatuhkan hukuman kepada Uzia dengan membiarkannya dijangkiti penyakit kusta. Ia diasingkan selama sisa masa hidupnya (21).

Sungguh menyedihkan nasib raja Uzia. Akibat ketinggian hatinya, Tuhan pun menjatuhkan hukuman. Uzia lupa atau tidak mau belajar dari sejarah para pendahulunya, termasuk ayahnya sendiri, untuk tidak bersikap sombong dan tinggi hati di hadapan Tuhan. Tuhan lebih senang apabila kita selalu bersikap rendah hati di hadapan-Nya.

Sekarang, apapun posisi kita, apapun pelayanan kita, begitu juga dengan talenta dan kemampuan yang kita miliki, mari kita sama-sama belajar untuk rendah hati. Belajar untuk mau mengatakan bahwa semua yang kita punyai dan miliki hanyalah berasal dari Tuhan semata. Tidak ada upaya yang saya lakukan. Hidup kita dan segala pergumulan dan kebahagiaan adalah anugerah yang Tuhan ijinkan dapat kita nikmati. Dengan begitu, kita tidak akan mungkin bisa sombong dan tinggi hati. Karena kita tahu, semuanya adalah dari Tuhan. Kita bukan siapa-siapa tanpa Dia.

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.