Browse By

Hidup dalam Komunitas 2

Kemudian, saya pelajari, ada empat aspek di dalam sebuah komunitas. Mari kita bahas satu persatu.Pertama, di dalam komunitas ada kasih. Mari kita lihat di dalam Matius 22:39, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kasih memiliki padanan kata dengan beri. Jadi, di dalam komunitas kita saling memberi. Memberi perhatian, memberikan waktu, tenaga, semangat, dan segala bentuk bantuan semaksimal yang dapat kita lakukan. Di dalam 1 Korintus 13 bahkan, kita dapat mengerti lebih mendalam mengenai kasih. Kasih tidak menghapuskan perbedaan, melainkan membuat perbedaan itu menjadi kekuatan bagi kita. Komunitas tanpa kasih hanya akan menjadi kumpulan orang-orang yang hanya berkumpul dalam keadaan senang saja, namun saling meninggalkan ketika kesedihan dan masalah mulai melanda.Mari kita simak dalam Galatia 5:14-15, “Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!” Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.” Aspek kedua yang ada di dalam komunitas adalah saling menghargai. Saling menghargai memerlukan kebesaran hati, di mana kita dapat menganggap bahwa orang lain jauh lebih penting daripada diri kita sendiri. Menghargai juga berarti kita menganggap dia penting, dia bermakna, dan berarti. Komunitas yang saling menghargai adalah komunitas yang membangun. Setiap orang memerlukan penghargaan dari orang lain, dan ini hanya dapat terwujud jika ada orang-orang yang dapat menghargai karya, tindakan, atau keberadaannya.

Ketiga, di dalam komunitas ada kebersamaan. “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!”(Maz. 133:1), adalah salah satu ayat favorit saya. Dikatakan alangkah baiknya dan indahnya, jika kita dapat diam bersama dengan rukun. Di dalam Alkitab KJV dikatakan, live together atau hidup bersama. Kebersamaan tidak hanya berarti kita melakukan hal-hal bersama, seperti makan, bepergian, pertemuan, atau apapun. Lebih dari itu, kebersamaan berarti kita turut serta di dalam kesulitan yang orang lain kita hadapi. Kita menyelami perasaan orang-orang yang ada di dalam komunitas kita.

Keempat, ada berkat di dalam komunitas. “Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”(Maz. 133:3b). Tuhan menjanjikan berkat di dalam komunitas kita. Berkat tidak melulu soal uang atau hal materi, ini juga berbicara mengenai sukacita dan kebahagiaan, tawa canda, perhatian, dan juga rasa saling memiliki. Tuhan begitu rindu mencurahkan berkat-berkat-Nya ke tengah-tengah komunitas kita.

Kita berbeda-beda, tetapi kita berkerabat dalam satu keluarga besar yang bernama Keluarga Umat Manusia. Warna kulit kita berbeda, ada yang hitam, putih, kuning, dan coklat, namun warna darah kita semua sama, yaitu merah. Kita semua berkerabat. Kita semua saudara.

Karena berkerabat kita saling menyapa dan merangkul sebagaimana yang diperbuat oleh orang Minahasa bagi semua yang mereka lihat. Baik di desa atau di kota, baik di pasar atau di jalan, di gereja atau di toko, orang Minahasa tersenyum manis dan berkata, “Torang samua basudara! Mari jo, torang samua basudara! Kita semua bersaudara!” Maka mari kita rangkul dan pegang tangan orang di samping kita, dan katakan kepadanya, kita semua bersaudara. Kita semua bersaudara!

-disampaikan dalam Retret Sekolah Minggu, Who am I? Di Villa Pasaasih, Puncak, 28-30 Juni 2012

Capture
Hidup dalam komunitas

Artikel Terkait:

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.