Browse By

Berbagi Hidup di Bulan yang Baik- PesonaRamadan2018

Ramadhan sebentar lagi…Berpuasa sekeluarga… Lagu yang identik dengan bulan Ramadhan ini berkumandang melalui layar iklan yang ada di dalam kereta KRL yang saya naiki dalam perjalanan pulang ke rumah. Sebagai informasi, KRL ini beroperasi dari pusat kota Jakarta hingga ke kota-kota penyangganya, seperti Bekasi, Tangerang, Depok, dan Bogor. Disebutkan commuter, karena kereta ini mengangkut penumpang yang berpindah kota secara harian. Di jam-jam tertentu, seperti pagi hari dan sore-malam hari, penumpang KRL membludak. Penuh. Berdesakan layaknya pepes ikan di dalam gerbong. Belum lagi yang menunggu di stasiun-stasiun strategis, seperti di Stasiun Sudirman (pusat perkantoran di Jakarta) dan Stasiun Manggarai (pusat transit KRL). Kondisi kereta sore ini bisa dibilang ini sudah lumayan “longgar” dibandingkan hari-hari kemarin. Mungkin karena saya pulang “sedikit” lebih cepat, jam 17.00 dari Stasiun Sudirman, dan kini sudah dalam perjalanan melintasi Stasiun Jatinegara.

PesonaRamadan2018: Berbagi Hidup di Bulan yang Baik

Dug..dug..dug..dilanjutkan dengan suara adzan yang berkumandang dari ponsel pintar seorang penumpang. Para penumpang kemudian mulai riuh, “Sudah buka ya?” “Belum kayaknya, hape saya belum bergetar,” ujar penumpang lainnya.  Namun, suasana riuh terhenti sejenak, saat petugas mengumumkan waktu berbuka puasa sudah tiba melalui pengeras suara.  Karena sudah dapat pengumuman resmi, akhirnya masing-masing penumpang mulai membatalkan puasanya. Ada yang meneguk air mineral. Ada yang jus kemasan. Ada juga yang membuka bungkusan berisi roti, dan tentu bunyi kriuk  renyah dari gorengan.

Saya yang memang tidak berpuasa, sempat kaget. Seorang bapak di sebelah saya mencolek lembut bahu saya, “Ini mas, silahkan diambil minumnya., masih baru kok, saya beli dua tadi,” ujarnya. “Iya pak, terima kasih,” tapi saya gak berpuasa. “Oh begitu,” tandasnya lagi. Akhirnya, si bapak memberikan minuman itu kepada seorang pemuda di sebelahnya lagi. Kami pun sempat berbincang sejenak, mengenai stasiun tujuan kami, dan tentunya perihal kereta sore itu yang kebetulan “agak kosong.”

Sebagai seorang penumpang commuter line setiap hari kerja, saya harus mengatakan, bahwa angkutan massal memang memberikan sebuah pelajaran penting bagi kita (para penumpangnya). Pelajaran penting itu bernama kepedulian. Sikap menghargai dan menghormati orang lain. Kepedulian itu muncul dari rasa senasib dan seperjuangan. Sama-sama berada di posisi sebagai penumpang angkutan massal. Sama-sama sudah capai beraktivitas seharian dan sama-sama ingin pulang ke rumah. Termasuk pada saat bulan Ramadhan seperti saat ini, kita semua semakin diingatkan untuk berbagi kebaikan.

Tidak mudah melakukan kebaikan di Jakarta. Selain harus berpacu dengan waktu dan membuat kita bahkan tidak sempat memikirkan cara berbuat baik, melakukan kebaikan di Jakarta tidak selalu mendapatkan respon yang baik juga. Dalam dunia yang serba modern dan serba instan seperti Jakarta, orang-orang semakin tidak peduli. Semakin individualis dan egois. Buat apa mikirin orang lain? Lha wong saya aja sudah ribet… Lihat juga di jalan raya, bagaimana motor dengan seenaknya naik ke trotoar untuk menghindari kemacetan. Mereka yang menyerobot sana-sini demi mencari jalan tercepat untuk tiba di tujuan. Lihat juga bagaimana angkutan-angkutan umum yang tidak lagi peduli bahwa dengan berhenti sembarangan mereka membuat kemacetan semakin parah. Tentu juga kita tidak asing lagi mendengar umpatan, cacian, ucapan kasar atau keributan di jalanan karena mobil atau motornya bersenggolan dengan yang lain. Naik angkutan pribadi nyatanya mempertajam friksi antara pengguna jalan: orang semakin tidak peduli satu sama lain.

Wisata bersama keluarga di Kebun Raya Bogor

Wisata bersama keluarga di Kebun Raya Bogor

Beruntung, angkutan massal semisal KRL ini masih ada dan menjadi tumpuan bagi para penggunanya. Tidak hanya soal biaya perjalanan, melainkan juga waktu. Saya merasakan hal tersebut. Perjalanan dari Stasiun Kranji menuju Stasiun Sudirman “hanya” berongkos 3 ribu rupiah dan “hanya” membutuhkan waktu 40-45 menit. Orang bisa bekerja dengan lebih mudah. Bahkan, jika ingin berwisata bersama keluarga di sekitaran Jakarta juga bisa dilakukan dengan mudah. Kita bisa ke Kebun Raya Bogor (diakses dari Stasiun Bogor), jalan-jalan menyusuri Kota Tua Jakarta (diakses dari Stasiun Jakarta Kota), ke Monas (diakses dari Stasiun Juanda), atau belanja ke Pasar Senen dan Tanah Abang (diakses dari Stasiun Senen dan Tanah Abang), semua bisa dilakukan dengan naik KRL. Berwisata ke tempat-tempat seru jadi lebih mudah dengan naik kereta, ujar seorang teman dari Genpi.

Terlepas dari semuanya, angkutan massal ini menjadi kesempatan bagi saya untuk mengasah kepedulian saya. Untuk memberikan jalan kepada orang lain yang akan turun. Untuk menggeser dan merapatkan posisi berdiri agar penumpang dapat terangkut. Bahkan, untuk berusaha menahan “ayunan badan” di samping kiri-kanan ketika kereta berhenti atau mulai berjalan. Apalagi, untuk berbagi hidup di bulan yang baik ini, bulan Ramadhan. Persis seperti lirik lagu Lebaran Sebentar Lagi yang berkumandang saat saya akan turun,  “Lebaran sebentar lagi…Tak ada miskin tak ada kaya…Semua sama di depan Tuhan.”

Mari kita terus berbagi hidup. Selamat menikmati Ramadhan dan Lebaran. Mengapa tidak mencoba naik kereta commuterline?

Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi dan Flickr coffeefloat

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.