Browse By

Yesus Sobatku yang Setia

Udara malam yang dingin menerba muka saya. Tangan saya pun kehilangan rasa karena dinginnya angin yang bertiup. Bongkahan-bongkahan es dari hari senin pun masih nampak tersisa di pinggir jalan. Saya memasukkan tangan saya ke dalam kantong jaket dan berjalan masuk ke Stasiun Shinjuku…

Yesus Sobatku Yang Setia

Hari ini saya pulang agak lama dari gereja. Ibadah memang telah selesai pukul setengah satu siang, namun karena ada rapat pelayan, saya jadi pulang agak terlambat. Seluruh pelayan di gereja berkumpul untuk mengadakan evaluasi pelayanan selama setengah tahun. Pukul 3 siang acara selesai dan kemudian saya dan beberapa teman lainnya berjalan ke Stasiun Suidoubashi di Tokyo, stasiun terdekat dari Gereja. Di sana saya dan teman-teman membagi-bagikan traktat berisi pesan dan renungan kristiani kepada orang-orang Jepang yang lewat di sepanjang jalan. Hanya beberapa orang saja yang mengambil traktat yang saya bagikan. Kebanyakan orang tetap memasukkan tangannya ke kantong dan tidak mau mengulurkan tangan mengambil traktat itu. Mmm, mungkin karena dingin kali yaa.. pikir saya.

Jam 3 lewat 15 menit acara bagi traktat disudahi. Kami mengadakan evaluasi singkat dan berdoa bersama. Perut saya mulai keroncongan, maklum saja sejak pagi hari saya belum makan apa-apa. Kami semua kemudian setuju untuk makan bersama-sama di Yayoi (sebuah rumah makan di daerah Suidoubashi). Saya memesan menu dan kemudian makan bersama-sama dengan teman lainnya. Kami pun berbincang-bincang di sela-sela makan kami. Pukul setengah lima, saya pun ijin pamit duluan akan pulang. Pukul 16:30, langit Tokyo sudah gelap sekali. Karena saya ijin pulang, yang lainnya juga malah jadi ikut pulang semua. Akhirnya di depan rumah makan kami berpisah-pisah menuju ke stasiun arah rumahnya masing-masing. Saya sendiri dengan 2 orang teman lainnya ke stasiun Suidoubashi untuk naik kereta JR ke Shinjuku.
Suasana Shinjuku Station

Suasana Shinjuku Station

Karena lelahnya kedua teman saya langsung terlelap di dalam kereta. Mungkin karena keadaan kereta agak sepi juga karena ada heater yang membuat udara jadi hangat. Saya sendiri pun terlelap di kursi pojok. “Shinjuku desu. Shinjuku desu.” Wah sudah sampai Shinjuku kah? Saya segera membangunkan teman saya agar turun dari kereta. Di Shinjuku saya berpisah. Saya harus berpindah jalur kereta sedangkan teman saya melanjutkan perjalanan. Saya pun mohon pamit.

Saya pun bergegas untuk naik kereta Keio Line menuju ke rumah. Kereta agak sepi dibandingkan biasanya. Saya naik ke gerbong pertama dan bisa mendapatkan tempat duduk di kursi pojok. Sesaat saya melihat iphone dan mengecek e-mail yang masuk. Tapi karena saking ngantuknya saya terlelap dalam kereta. Tiga puluh menit saya tertidur rupanya setelah saya melihat kembali iphone. Di gerbong saya duduk sudah tidak ada penumpang lagi. Hanya saya sendiri. Setelah mengecek posisi kereta, saya pikir perjalanan mungkin masih sekitar 30 menit lagi. Mmm, masih lama kah? Ruangan dalam gerbong terang sekali, sangat kontras dengan pemandangan luar jendela yang amat gelap.

Suasana di dalam kereta Keio line di Jepang

Suasana di dalam kereta Keio line di Jepang (sumber : http://rail.hobidas.com/blog/natori09/archives/m/1000_3.php)

Sambil mengisi waktu saya mengeluarkan earphone dan menyalakan aplikasi radio. Aplikasi radio otomatis melakukan audio streaming dengan Radio Pelita Kasih Jakarta. Waktu itu acaranya adalah “Ananda Bahagia”. Acara ini mengudara tiap hari Minggu sore pukul 4 sampai pukul 5. Karena Jepang beda 2 jam dengan Indonesia, maka acara baru mulai pukul 6 malam. Waktu itu acaranya sudah lewat 10 menit.

Lagu ini yang pertama saya dengarkan. Beberapa anak kecil menyanyikannya bersama.

Ada Satu Sobatku yang Setia
Tak pernah dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah, waktu ku sendirian
Dia s’lalu menemani diriku…
Nama-Nya Yesus, nama-Nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku
Nama-Nya Yesus, nama-Nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku

Saat lagu diulang, saya pun bergumam menyanyikan lagu ini dalam hati. Memang benar bahwa Yesus adalah sobat saya yang setia. Dia tidak pernah meninggalkan saya sendirian, dalam keadaan senang atau dalam keadaan susah, Dia yang selalu menemani saya dalam menjalani hidup ini. Suasana gerbong yang terang benderang namun sepi, pemandangan luar yang begitu gelap membuat lagu ini semakin bergema dalam hati saya.

Ada satu sobatku yang setia… namanya Yesus
Ada satu sobatku yang setia… namanya Yesus
Yesus sobatku yang setia

Yesus sobatku yang setia

Sumber gambar : Stasiun Shinjuku, Kereta Keio Line, Yesus sobatku yang setia

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.