Browse By

Renungan Paskah 2014

Renungan Paskah 2014 ini diambil dari tujuh perkataan Yesus dari salib. Kiranya kita dapat belajar dari perkataan Yesus bagi kita hari ini. Apakah kita sungguh-sungguh sudah menyadari siapa Yesus itu? Dan mengapa Ia harus mati di atas kayu salib menggantikan kita?

Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

Walaupun berat penderitaan yang dialami Tuhan Yesus, tapi hal itu tidak membuat Yesus meninggalkan orang banyak. Cambuk, caci maki, ludah, dan teriakan para serdadu tidak membuat Yesus berhenti melakukan pekerjaan penebusan yang diemban-Nya dari Bapa. Meskipun darah mengucur dari kepala-Nya, kata pengampunan tetap keluar dari mulut Yesus, ketika Ia berkata, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”

Kita sering menjadi bimbang ketika menhadapi penderitaan. Melalui Yesus, kita diajak untuk memahami bahwa pekerjaan pengampunan tidak dapat dihambat oleh apapun yang menimpa kita. Suka dan duka, hendaknya menjadi kesempatan bagi kita untuk menunjukkan bahwa kita telah ditebus oleh Kristus. Perbuatan jahat orang lain, tidak boleh menghalangi kita untuk tetap mengasihi mereka. Bahkan lebih dari itu, kita diajak untuk mendoakan mereka agar bertobat dari kejahatan, sambil tetap menjaga diri agar tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dengan kasih yang tulus.

“Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”

Yesus tersalib bersama dua orang penjahat, di sebelah kiri dan sebelah kanan. Walaupun sama-sama tersalib, namun pengalaman iman mereka tidaklah sama. Penjahat yang di kiri memaksa agar Yesus menunjukkan kuasa “Ke-Allah-an-Nya” supaya mereka terlepas dari salib itu. Tetapi penjahat yang ada di sebelah kanan-Nya, dalam kerendahan hati memohon agar Tuhan mengingat dan mengasihi-Nya, saat ia berkata, “Ya Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Itulah permohonan dari seorang yang menyadari dosanya dan mau bertobat. Ia menyesali kejahatan yang telah diperbuatya dan karena itu ia sadar ia pantas dihukum. Tetapi, ia tidak putus asa karena dosa-dosanya itu. Dia tahu bahwa Yesus mampu menebus dan menyelamatkannya. Imanlah yang menjadi dasar baginya untuk memohon pengampunan dan keselamatan dari Yesus.

Penjahat yang menyadari dosanya, itulah yang mengingatkan kita agar kita juga mau meningglakan dosa-dosa kita dan kembali kepada Tuhan. Marilah kita datang dan memohon pengampunan kepada-Nya. Ia menjanjikan sebuah bagian dalam kehidupan kelak yang telah dipersiapkan bagi barangsiapa yang percaya kepada-Nya. Kita juga diajak, agar tetap mampu mengasihi, peduli, simpati, dan melakukan yang baik, meskipun dalam keadaan sulit dan menderita sekalipun.

Ibu, inilah anakmu; Inilah ibumu

Dari atas kayu salib, Yesus melihat Maria ibu-Nya dan murid-murid-Nya. Yesus mengetahui apa yang terjadi dalam hubungan antara Maria dengan murid-murid-Nya, khususnya Yohanes. Dalam keadaan tersalib, Yesus tetap berusaha untuk memperbaiki hubungan diantara orang-orang yang mengasihi-Nya. Yesus tidak mau ada hubungan yang kurang baik antara mereka setelah Ia mati. Yesus mau mereka tetap saling mengasihi satu sama lain. Lebih dari itu, setiap orang percaya harus memahami bahwa mereka adalah satu keluarga dalam Kristus yang harus hidup dalam kasih. Yesus sudah mempersatukan kita, maka kita tidak boleh lagi membeda-bedakan orang lain karena perbedaan ras, marga, warna kulit, maupun agama. Yesus ingin supaya sampai kapan pun hubungan antar manusia dapat selalu harmonis.

Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?

Perkataan ini bukanlah menunjukkan bahwa Yesus ditinggalkan oleh Bapa-Nya saat Ia disalibkan. Ini adalah peringatan bagi kita yang mendengarnya, agar kita sadar bahwa tidak ada penderitaan yang paling menyakitkan daripada ditinggalkan oleh Allah. Kalau sampai Allah menjauhkan diri-Nya dari kita, hidup kita tidak berarti lagi. Kita bukanlah apa-apa tanpa ada Tuhan di dalam kehidupan kita. Namun, itulah yang terjadi saat kita (manusia) jatuh ke dalam dosa. Dosa memutuskan hubungan kita dengan Allah. Kita mati di dalam dosa-dosa kita.

Suara Yesus memanggil Bapa-Nya harus selalu terukir di dalam hati kita, agar kita percaya bahwa sesungguhnya Allah selalu menyertai kita sekalipun kita menderita. Kita percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkan kita menderita dan berjuang melawan dosa-dosa kita, asalkan kita teguh selalu di dalam iman.

Aku haus!

Haus lebih menyakitkan daripada lapar. Kita bisa bertahan seharian tanpa makan, namun rasanya sulit bertahan seharian tanpa minum. Yesus yang adalah sumber air hidup sampai berkata, “Aku haus.” Ini menunjukkan bahwa penderitaan yang Yesus alami sungguh-sungguh menyakitkan. Namun demikian, kehausan dan penderitaan-Nya itu memperlihatkan bahwa derita dunia akibat dosa akan diakhiri melalui penderitaan Yesus. Dia adalah sumber air hidup yang rela kehausan dan kesakitan demi kesembuhan dan keselamatan kita.

Sudah selesai!

Perkataan ini mengingatkan kita kepada berita penciptaan dunia ini: ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya, Ia berhenti pada hari ketujuh. Semua dosa dan hukuman yang diakibatkan oleh dosa telah selesai saat Yesus mati di kayu salin. Melalui kematian Yesus semua janji tentang pengampunan dosa dan kehidupan kekal kita peroleh. Sudah selesai juga mengingatkan kita bahwa masa lalu atau hidup lama kita yang berkubang dengan dosa sudah berakhir, dan hendaknya janganlah kita terus hidup di dalamnya. Kita harus memulai hidup yang baru ini di dalam Dia.

Ya Bapa ke dalam tangan-Mulah kuserahkan nyawaKu!

Yesus akhirnya mati di atas kayu salib. Namun, sampai pada akhir hidup-Nya, Yesus tetap mengingat Bapa-Nya. Ia tetap taat. Dari sini juga kita belajar, bahwa kematian Yesus terjadi karena Ia sendiri yang memilih-Nya. Ia memilih untuk taat kepada tugas penebusan Bapa atas segala dosa kita. Kita belajar, bahwa di dalam hidup ini tidak ada yang lebih utama daripada menyenangkan hati Tuhan, seperti yang telah Yesus lakukan selama hidupnya.

Kepala yang berdarah, tertunduk dan sedih
Penuh dengan sengsara dan luka yang pedih
Meski mahkota duri menghina harkat-Mu
Kau patut kukagumi; terima hormatku

Ya Tuhan, yang Kau tanggung yaitu salahku
Dosaku t’lah Kau gantung di kayu salib-Mu
O, kasihani daku yang harus dicela;
Ampunilah hamba-Mu, beri anugerah!

Gembala yang setia, terima domba-Mu
Kau Sumber bahagia, penuntun hidupku
Sabda-Mu t’lah membuka karunia tak terp’ri
Dan nikmat dari sorga padaku Kau beri

(Kidung Jemaat No.170)

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.