Browse By

Keduniawian: Apa itu?

Keduniawian adalah mencintai dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Keduniawian adalah mencintai nilai-nilai dan mengejar kesenangan dunia yang menentang Tuhan. Ia meninggikan diri dan menyamakan diri sama dengan Tuhan. Dunia ini menentang aturan Tuhan dan menggantinya dengan aturannya sendiri (seperti membuat Alkitab kita sendiri). Dunia kemudian menganggap pendapat dan pemikirannya adalah yang paling benar, bahkan di atas kebenaran Tuhan. Keduniawian adalah suatu keadaan manusia tanpa Tuhan di dalamnya.

Apakah tujuan kehidupan Anda? Apakah bergerak maju–menuju kepada kekayaan materi, memiliki banyak teman dan kenalan, anak-anak yang sukses, jabatan yang tinggi? Atau bergerak ke atas–menaati dan memuliakan Tuhan di atas segalanya?

Marilah kita merenung sejenak: apa yang mendominasi pikiran Anda dan menggerakkan hati Anda? Apakah ketidakpuasan dalam hidup? Keinginan untuk mendapat kesenangan dunia? Apakah kemakmuran lebih menarik daripada kemurahan dan kesalehan? Atau apakah Anda memandang Tuhan sebagai pemuas kebutuhan Anda atau memandang diri kita sebagai alat untuk memuliakan Tuhan? Jangan-jangan kita sudah mulai mencoba hidup tanpa Tuhan.

Keduniawian adalah menjauh dari Tuhan. Hal ini dipengaruhi oleh cara pikir kita setelah kejatuhan kita terhadap dosa. Keduniawian adalah tanda bahwa dirinya belum diperbaharui dan melawan Allah.

Apa awal Masalahnya?

Keduniawian bukan soal hidup di luar aturan atau standar konservatif. Kalau Anda mendengarkan jenis musik tertentu, memakai baju dengan tipe tertentu, menonton film, atau terlibat dalam komunitas duniawi, maka Anda disebutkan duniawi.

Yohanes ingin menjelaskan bahwa keduniawian itu tidak terwujud dalam tindakan kita, melainkan ada di hati kita. Mari kita lihat di ayat selanjutnya: “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yohanes 2:16).

Yang ada di dalam dunia itu bukanlah jenis musik, baju, film, atau komunitas tertentu, melainkan keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Awal dari masalahnya adalah yang ada di dalam kita. Sebelum menerapkan kebenaran ini kepada dunia di sekeliling kita, kita harus selalu mulai dari diri kita sendiri. Apakah keduniawian itu ada di dalam hati Anda? Apakah selama ini keduniawian sudah ada namun tidak saya sadari dan perlahan ia mulai menggerogoti?

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.