Browse By

Sehati Sepikir dengan Kristus

Sehati sepikir tidaklah mudah. Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Filipi mengajak kita, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Filipi 2:5). Ternyata menurut Paulus, untuk hidup sehati sepikir dengan orang lain, kita perlu sehati sepikir dengan Kristus. Kita disuruh, “supaya sehati sepikir dalam Tuhan” (Filipi 4:2).

Mustahil dapat sehati sepikir dengan orang lain, jika kita tidak sehati sepikir dengan Tuhan

Sehati sepikir itu mendatangkan berkat Allah. Nah, mari sejenak kembali ke kisah di Perjanjian Lama. Saya teringat mengenai kisah minyak seorang janda, yang terdapat dalam 2 Raja-Raja 4:1-7. Dulu, Mama sering sekali bercerita mengenai kisah ini kepada adik saya dan saya. Kalau ingin diberkati Tuhan, keluarga itu harus bersatu dan sehati sepikir, itu pesan yang sering Mama ucapkan. Ayo teman-teman, mari kita sama-sama membacanya.

Kisah Minyak Seorang Janda

Ada seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya. Dia beserta anak-anaknya hidup sangat kesulitan sehingga harus menjual segala barang miliknya yang ada dalam rumah. Saat mengadukan masalahnya kepada Elisa, janda itu mengaku tidak ada yang tersisa di rumah kecuali sebuah buli-buli berisi minyak. Elisa kemudian menyuruh untuk meminta bejana milik tetangganya untuk tempat penampungan minyak yang terkumpul.

Ibu janda itu pun menyuruh anaknya untuk meminta bejana dari tetangga-tetangga. Setelah anaknya pulang, ia menutup pintu itu, dan menyuruh anaknya membantunya. Sang ibu akan terus menuangkan minyak, sementara anak-anaknya memindahkan bejana yang sudah penuh dan menggantinya dengan yang masih kosong. Ajaib, minyak terus mengalir. Dan setelah semua bejana terisi penuh, maka minyak berhenti mengalir. Dengan menjual minyak yang ada di bejana-bejana, keluarga itu dapat membayar hutang, dan dapat hidup dengan baik. Sungguh itu semua berkat Tuhan Allah.

Mari kita sedikit berpikir. Bagaimana kalau anak-anaknya tidak mau meminta bejana tetangga? Bagaimana kalau anaknya malas membantu si ibu dan memilih untuk bermain-main saja? Tidak mau memindahkan bejana yang sudah terisi minyak? Saya yakin minyak yang didapatkan hanya sedikit saja atau ada banyak yang tumpah dan terbuang. Tapi, saya kagum dengan keluarga ini. Sementara sang ibu terus memegang buli-buli yang berat, sang anak tidak tinggal diam. Mereka membantu ibunya. Bukan dengan sesuatu yang besar atau sulit, hanya memindahkan yang penuh, dan menggantinya dengan yang baru.

Terkadang kita berpikir begitu sulitnya Allah memberkati kehidupan kita. Atau mengapa begitu banyak masalah dan tantangan yang kita harus hadapi. Kita semua sudah belajar dan berupaya dengan susah payah, namun tetap saja belum berhasil. Mari kita belajar melalui kisah minyak seorang janda ini, di mana ibu dan anak-anak bisa bersatu untuk terus berusaha dan sehati sepikir.

Saya percaya, Tuhan yang memberkati keluarga tersebut adalah Tuhan yang sama pula yang akan memberkati perkumpulan kita ini. Memberkati Persekutuan Doa dan juga orang-orang di dalamnya. Kan sama saja, kita pun keluarga di dalam Tuhan. Tapi semuanya perlu usaha yang sungguh-sungguh, usaha teguh untuk menciptakan kesehatian di dalam kita. Ada yang memimpin pujian, ada yang memberikan kesaksian, ada yang bermain musik, ada pula yang mengajak teman-teman untuk bersama-sama mengikuti Persekutuan Doa. Indah bukan?

Bisakah kita sehati sepikir bersama? Bisa tidak bisa ya! Sulit karena kita punya ego dan kepentingan masing-masing. Mudah karena ada Kristus yang menjadi contoh dan teladan kita. Bersehati dengan Kristus akan membuat kita dapat bersehati dengan sesama kita. Bersehati dengan sesama seperti kisah mengenai minyak seorang janda tadi, akan mendatangkan berkat Tuhan ke tengah-tengah kita.

Saya jadi teringat dengan beberapa orang sahabat saya, yang saya kenal di STEI ini. Ada Agnes, Kharisma, Edward, Mada, dan Chandra. Dulu kami tidak saling mengenal. Bahkan beberapa diantara mereka baru saya kenal selepas semester kedua. Tetapi, hingga kini kami dapat terus saling mendukung meskipun ada banyak kesibukan yang kami hadapi bersama. Dalam beberapa kesempatan kami makan atau pergi bersama, apalagi jika ada momen Tahun Baru atau salah satu dari kami ada yang berulang tahun. Sehati dan sepikir itu menyenangkan. Kita jadi tahu bahwa kita tidak sendirian di dunia ini. Tuhan mengirimkan orang lain kepada kita untuk dapat berbagi kasih dan kisah—yang mungkin terlalu sayang jika hanya kita nikmati sendiri saja.

Bersehati juga akan memberikan kita kekuatan untuk dapat terus menjalani hidup ini. Untuk dapat terus berusaha belajar di kampus ini dan memberikan yang terbaik. Saling mendukung dan mendoakan adalah salah satu hal termudah yang dapat kita lakukan. Sesama saudara, apalagi di dalam lingkungan STEI maupun jurusan di dalamnya nanti, kita adalah saudara di dalam persekutuan ini. Semoga di tahun-tahun mendatang, PD hari ini tidaklah berlalu begitu saja, melainkan menjadi momentum yang baik bagi kita untuk dapat “saling”—saling mengasihi, saling mendoakan, dan saling membantu. Hingga akhirnya kita dapat terus belajar menjadi seperti yang tertulis “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama…” (Roma 12:16).

Kita mau sehati sepikir dengan sesama kira. Oleh sebab itu, pantas hatilah kita untuk belajar sehati dengan Dia. Selamat sehati!

Sumber Gambar : www.1journey.net

Recommended for you

Baca Halaman Selanjutnya — 1 2

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.