Browse By

Bersama Sahabat–Part 1

“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis” Roma 12:15

Sebuah pengalaman yang tak terlupakan ketika saya memiliki kesempatan menikmati satu hari penuh bersama dengan orang-orang yang saya kasihi. Mereka adalah sahabat di Tarbantin 2010, sebutan bagi pengurus PMK ITB 2010, yaitu: Ko Samuel, Erika, Sion, Tio, Cavin, Pen, Corel, Yosua, Yolanda, Saut, Steve, dan Enzha. Dan satu hari kemarin, saya merasakan begitu besarnya kasih Allah yang Dia curahkan di dalam kehidupan saya.

Memulai cerita sejak dini hari, saya bangun pukul 00.15, dan langsung menelepon Cavin dan Enzha. Rencananya kami akan menuju ke kampus bersama dari Cisitu. Dini hari tanggal 23 itu, saya memutuskan untuk mandi, sekaligus untuk menyegarkan badan dan pikiran, setelah seharian penuh berkegiatan di kampus.

Pergi Bersama Sahabat

Kami bertiga bersama dengan Steve kemudian menuju ke kampus di mana sebelumnya kami sempat membeli minuman dan makanan kecil di Circle-K Siliwangi. Tiba di kampus sekitar pukul 01.20, ternyata hanya ada Saut yang menunggu di mobil. Setelah menelepon teman-teman yang lainnya, secara perlahan kami berkumpul. Ko Sam yang datang dengan naik motor kemudian menjemput Yolanda di Dipati Ukur. Setelah dibangunkan, Tio juga segera mengendarai mobilnya menuju ke kampus. Saut dan Steve kemudian menjemput Sion dan Corel di indekos dan juga Erika. Kemudian Pen bergabung setelah kami menjemput ke indekosnya. Pukul 02.20, kami semua mulai menuju ke Pantai Gayanti bersama-sama.

Perjalanan panjang yang kami tempuh cukup melelahkan. Kadang kami melewati jalanan mulus dan panjang, namun juga terkadang jalan rusak dan berkelok-kelok. Kami juga sempat berhenti sejenak di tengah-tengah perjalanan saat menemukan betapa indahnya langit di subuh hari itu. Gugusan bintang-bintang berkelap-kelip di atas langit, begitu indah. Itulah saat pertama kalinya saya melihat gugusan bintang-bintang secara nyata. “Tuhan Yesus begitu baik,” pikirku saat melihat betapa agungnya ciptaan-Nya di dunia ini.

Pukul 06.30, kami kembali berhenti di pinggir jalan dan mengambil beberapa foto bersama. Saat itu tepat matahari mulai terbit dan sinarnya yang merekah begitu indah. Wah, senangnya saya bisa merasakan besarnya kasih Tuhan Yesus melalui sahabat-sahabat ini.

Melanjutkan perjalanan kembali, kami tiba di Pantai Gayanti sekitar pukul 07.30. Pantai ini memiliki ketinggian ombak yang tinggi sehingga berbahaya bagi pengunjung. Pantai Gayanti terlihat begitu sepi hari itu, mungkin karena tidak mungkin bermain di pantai yang kini perlahan-lahan mati. Ombak lautan yang cukup besar patut dimaklumi karena berasal dari Samudera Hindia yang amatlah luas, belum lagi ditambah angin muson timur yang berhembus dari Benua Australia. Rencana untuk menghabiskan hari di Pantai Jayanti terpaksa diatur ulang. Akhirnya diputuskan untuk menuju pantai di bagian barat yang terlihat lebih ramah bagi para pengunjung.

Di tengah-tengah perjalanan menuju ke tujuan yang baru, kami sempat beristirahat sejenak di sebuah minimarket. Setelah bertanya-tanya dengan pegawai di minimarket tersebut, kami akhirnya memutuskan untuk menuju ke pantai Rancabuaya yang berada di bagian Timur pantai Gayanti. Sepanjang jalan, di sebelah kanan kami yang terlihat hanyalah hamparan lautan biru yang begitu indah. Perjalanan selama dua jam tidak erasa karena kami saling berbincang-bincang mengenai kehidupan kami. Ada kisah Erika yang akan bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya, ada Steve dengan segala mata kuliah dan dosennya yang cukup aneh, ada Enzha yang coba mengambil beberapa foto dengan Blackberrynya, ada pula Pen yang mulai mengantuk dan tertidur. Berjalan beriringan memberikan saya gambaran yang baru mengenai sebuah kebersamaan detik itu. Dalam sebuah kebersamaan, dituntut adanya rasa percaya satu pihak dengan pihak lainnya. Mobil yang di belakang menaruh kepercayaan bahwa mobil yang berada di depan akan membawanya kepada tujuan yang benar. Mobil di bagian depan ibarat seorang pemimpin, dan mobil yang berada di belakang adalah ibarat pengikut atau orang yang dipimpin. Saling percaya dan saling menjaga kepercayaan adalah hal mutlak yang diperlukan.

Sampai di pantai Ranca Buaya sekitar pukul 09.30, kami langsung melepas penat selama lebih dari enam jam perjalanan. Deburan ombak dan putihnya pantai langsung membuat rasa lelah ini seakan-akan menghilang. Sejenak saya berpikir betapa luasnya lautan ini, di ujung sana, ada samudera Hindia yang begitu luas. Kami begitu senang saat itu. Terjun langsung menuju ke pantai dan mulai menikmati keindahan pantai dan ombaknya. Berbeda dengan Pantai Gayanti, Pantai Ranca Buaya memiliki pantai yang lebih bersahabat. Kami bisa bermain pasir dan berlarian di tepi pantai.

Acara langsung diisi dengan foto bersama. Saut dan Ko Sam langsung mempersiapkan semuanya. Untuk kali ini, saya melihat kekompakan kami yang akhirnya terbangun. Kami tertawa bersama saat ombak besar datang dan membasahi baju kami. Foto-foto yang kini ada di laptop saya kiranya menjadi saksi bagaimana Allah hadir di tengah-tengah kami saat itu. Dia sungguh baik kepada saya. Ia memberikan sahabat-sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan saya.

Lihat Juga Artikel Terkait:

Bersama Sahabat–Part 1
Bersama Sahabat–Part 2
Bersama Sahabat–Part 3

Sumber gambar : blogspot 1, 2, 3, 4

Recommended for you

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.