Dalam artikel pertama mengenai pembangunan PLTN di Indonesia, saya mengutip makalah pusat pengembangan energi nuklir – BATAN, mengenai “Perbandingan Biaya Pembangkitan Listrik Nuklir dan Fosil dengan Mempertimbangkan Aspek Lingkungan“, yang ditulis oleh Mochamad Nasrullah, Suparman. Dalam makalah tersebut disimpulkan diantara Pembangkit Listrik dengan bahan bakar
Lanjutan dari Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (20) Kisah ini kembali berlanjut di sabtu tanggal 28 Desember 2013. Sejak pagi, papa, mama, dan saya bekerja sama untuk membersihkan rumah dan juga memasak beberapa makanan yang akan dibawa di acara Mangapuli siang nanti. Mama memasak ayam gulai
Lanjutan dari Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (19) Sudah lebih dari satu tahun tulisan mengenai Allah hadir di tengah-tengah keluarga. Terasa cepat bukan? Saya pun merasakan hal yang sama. Rasanya baru seperti kemarin ketika kami sama-sama pergi ke Bakara, kumpul bersama, berdoa dan mengucap syukur bersama,
Dalam artikel sebelumnya, kita sudah belajar bahwa uranium yang ditambang dari alam tidak bisa langsung dipergunakan sebagai bahan bakar PLTN. Itu dikarenakan kebanyakan uranium yang di alam, yakni hampir 99,3% adalah isotop uranium-238 yang berat sehingga sulit dilakukan reaksi fisi dalam PLTN. Reaksi fisi atau
Uranium adalah bahan bakar PLTN di seluruh dunia. Uranium didapatkan dengan cara menambangnya di alam dan memprosesnya hingga siap menjadi bahan bakar PLTN. Tapi bagaimana cara memproses uranium jadi siap pakai? Sebelum berpendapat mengenai PLTN di Indonesia, mari kita belajar mengenal uranium lebih dahulu.