Browse By

Tag Archives: Selamat Tinggal

Refleksi Kepergian Tulang Jio

Tulang Jio adalah abang mama yang paling tua. Perlu diketahui, sebutan Tulang adalah panggilan kepada seluruh saudara laki-laki mama dalam bahasa dan adat suku Batak. Tulang Jio yang membawa Tulang Iren, Mamatua Cilacap, Mamatua Friska, mama, Tante Sima, dan Tulang Palar menuju ke Jakarta waktu

Osorezan Gunung Ketakutan di Jepang

Kemarin dalam acara 72 Jam Dokumenter yang ditayangkan oleh stasiun Televisi NHK Jepang, ada liputan khusus mengenai Osorezan di Prefektur Aomori Jepang. Seperti judulnya, acara ini merekam aktivitas orang-orang dan keadaan sekitar selama 3 hari 72 jam. Dan pada tayangan kemarin, NHK merekam aktivitas orang-orang

Mereka Bertemu dengan Kristus

Topik mengenai kematian kini menjadi topik yang sering saya angkat di dalam tulisan-tulisan saya. Saya tidak tahu persis apa alasannya. Namun, gagasan mengenai kematian dan kehidupan setelahnya banyak menginspirasi saya di dalam kehidupan ini. Kematian tetap menjadi momok yang menakutkan: saya masih belum ingin mati

Partangisan Do Hape

Lagu “Partangisan Do Hape” mungkin bukanlah lagu yang dikenal luas di Indonesia. Bukan pula di dunia. Lagu berbahasa batak ini kerap dilantunkan di saat-saat kematian atau saat memberikan kata-kata terakhir kepada pihak keluarga yang ditinggalkan. Di dalam adat Batak, memberikan kata-kata penghiburan merupakan salah satu

Surga Tempat yang Lebih Baik

Ketika Tulang, Bapatua, dan Namboru saya wafat, ada adat di mana setiap keluarga (atau perwakilan keluarga) memberikan pesan-pesan terakhir mengenai kehidupan beliau dan juga kata-kata penghiburan bagi keluarga. Dalam istilah suku Batak, acara ini dikenal sebagai Martonggo Raja, sebuah penghargaan terakhir sekaligus pelepasan orang yang meninggal yang diberikan oleh