Browse By

Edge of Tomorrow: Asyiknya Ketidakpastian

Melarikan diri dari Whitehall, Rita menusuk Cage dengan transponder, dan akhirnya mereka mengetahui bahwa Omega terletak di bawah Louvre. Namun kecelakaan telah membuat kemampuan Cage hilang, karena ia harus menerima transfusi darah seperti yang dialami Rita dahulu. Sadar bahwa tidak ada kesempatan me-reset lagi, mereka memutuskan untuk mencoba dan membunuh Omega pada malam sebelum penyerangan. Untuk melakukannya, Cage meyakinkan tentara dari unit J untuk bergabung dengan mereka. Tiga jam sebelum penyerbuan, mereka terbang ke Paris. Namun, pertahanan Mimic memaksa satu persatu anggota tim mati mengorbankan diri. Rita dan Cage akhirnya tiba di bawah Louvre tempat di mana Omega berada. Ternyata ada Alpha juga di tempat itu. Rita mengorbankan diri untuk mengalihkan perhatian Alpha, supaya Cage bisa membunuh Omega. Meskipun Alpha berhasil membunuh Cage, namun granat sudah dilepaskan untuk menghancurkan Omega. Omega pun hancur, dan Mimic berhasil dikalahkan.

Kisah ini kemudian mundur ke  waktu saat Cage bangun dalam perjalanan ke pertemuan dengan Brigham. Namun kondisi sudah berubah, kali ini ia menghadiri konferensi pers di mana Brigham mengumumkan bahwa Mimic sudah dikalahkan.

Asyiknya Ketidakpastian

Film berdurasi sekitar 100 menit itu telah selesai, dan para penonton mulai keluar dari ruangan. Saya masih duduk dan merenung sejenak. Merenungkan mengenai hari esok. Hari esok yang selalu menjadi misteri: menakutkan namun layaknya sebuah film, kita semua selalu menunggu hari esok. Kami juga sempat berdiskusi mengenai film tersebut. Ada asyiknya: kita bisa tahu apa yang terjadi di masa depan dan mengulangi hari ini hingga memperoleh masa depan yang sesuai dengan keinginan kita. Selesai ujian dan tidak bisa mengerjakan? Tembak diri sendiri, kemudian belajar giat di hari sebelumnya. Wah menyenangkan bukan?

Namun banyak tidak asyiknya: hidup jadi membosankan. Bayangkan kalau kita mengalami hal yang sama puluhan bahkan ratusan kali. Pasti sangat membosankan. Tidak menarik lagi. Tidak memacu adrenalin hidup, kata orang-orang yang suka akan tantangan.

Hari depan memang merisaukan, tapi juga mengasyikkan. Kehidupan yang tidak saya ketahui habisnya. Kehidupan yang pasti sulit namun tetap menarik untuk ditunggu dan dialami bukan? Banyak yang berpendapat bahwa hidup di masa depan akan semakin sulit: harga barang-barang yang terus naik, pengangguran, kejahatan semakin merajalela, dan korupsi yang membuat kita tidak habis pikir lagi. Saya pun juga tidak akan menyangkalnya.

Namun, jika saya boleh kembali ke masa empat tahun yang lalu, Juni 2010. Pikiran yang sama juga menggelayut setelah saya dinyatakan masuk ke ITB. Apakah saya bisa? Hidup jauh dari orangtua? Mengikuti perkuliahan di salah satu kampus terbaik? Bersosialisasi dengan orang-orang baru? Bagaimana kalau tersesat? Pikiran saya kosong. Gambaran di kepala saya hampa. Tidak banyak yang saya ketahui. Mungkin hanya sebagian kecil informasi yang didapat dari internet dan para senior. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi hari depan atau di ujung jalan, tapi saya yakin sejak sekarang saya mulai dapat berusaha “mewarnainya”.

Dan kini setelah empat tahun di Bandung, saya merasa sudah terbiasa dengan kehidupan di sini. Saya sudah memiliki banyak teman bahkan bepergian hampir ke seluruh tempat di Bandung. Selain itu, saya juga sudah bisa memahami seluruh mata kuliah dan menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik. Begitu juga dengan pelayanan di kampus, semuanya berjalan lancar dan baik. Saya sudah bisa melayani di multimedia dan proyektor, menulis, dan mendesain. Juga aktif dalam acara-acara gereja dan lembaga pelayanan mahasiswa. Semuanya hanya karena kasih karunia Tuhan saja.

Ketidakpastian memang merisaukan. Saya pun mengalaminya. Tapi kalau dipikir, ketidakpastian tentang hari depan ada faedahnya. Justru karena ketidakpastian itu, maka hari ini saya bekerja keras menyiapkan diri untuk hari esok. Kalau sudah tahu hari depan mungkin saya akan menjadi pasif. Saya mungkin tenang-tenang saja. Tapi karena saya tidak tahu, saya harus melakukan segala sesuatu untuk mempersiapkan diri, semaksimal mungkin.

Ketidakpastian nyatanya mengijinkan saya (juga Anda) untuk mengembangkan hidup semaksimal mungkin. Berusaha dan berjuang sekuat yang kita bisa. Belajar dengan sungguh-sungguh dan mempersiapkan kuis, ujian, dan laporan. Membagi waktu antara kesibukan perkuliahan dan luar kampus. Mewarnai kehidupan dengan ilmu danpengalaman baru. Sungguh menyenangkan!

Recommended for you

Baca Halaman Selanjutnya — 1 2

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.