Browse By

Sikap Skeptis: Pandangan Salah Terhadap Rintangan

Sikap Skeptis: Pandangan Salah Terhadap Rintangan

Masa kini kita diperhadapkan dengan banyak rintangan yang berat dan susah. Rintangan dan pencobaan bisa datang dari manapun, bahkan dari tempat yang tidak diduga sebelumnya. Rintangan dan pencobaan itulah yang kadang membuat manusia menderita. Lion Feuchtwanger berkata, “Oleh penderitaan, cuma yang kuat yang akan menjadi kuat; sedang yang lemah akan bertambah lemah.” Buat saya ini adalah perkataan yang benar sepenuhnya. Penderitaan pasti dialami oleh semua orang tidak terkecuali, yang kaya dan yang miskin, yang tua dan yang muda, pria atau wanita. Kita tidak bisa menghindari pencobaan atau bahkan menolaknya. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah mencoba menghadapi dengan segenap tenaga dan kemampuan.

Kita tidak akan pernah tahu kapan pencobaan akan datang, kapan kita menderita. Akankah pencobaan akan datang pelan-pelan dan satu-satu? Akankah pencobaan datang bertubi-tubi seperti yang dialami Ayub? Kita tidak perlu menebaknya. Kita hanya perlu mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Masih berkaitan dengan Kronos dan Kairos yang pernah dibahas di tulisan sebelumnya, dalam setiap waktu yang ada kita harus melatih dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terburuk. Kemungkinan hanya dua: berhasil atau gagal. Keberhasilan tentu akan sangat menyenangkan dan membanggakan, tapi kegagalan? Banyak yang mencoba menutupi kegagalannya?

Kembali ke perkataan Lion Feuchtwanger, kegagalan yang dialami tentu akan memberikan suatu pengalaman berharga bagi setiap manusia. Orang yang kuat dan terbiasa, tentu akan maklum dengan kegagalannya. Dia mungkin berkata, “Kali ini mungkin tidak berhasil, tapi pasti besok berhasil.” Orang kuat menjadikan kegagalannya suatu STEPPING STONE (batu loncatan) yang diletakkan di kakinya. Dia tidak berhenti di sana, tapi malah menggunakan batu “kegagalan” nya untuk dasar melangkah di kemudian hari.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh orang yang lemah. Dia menjadikan batu “kegagalannya” sebagai tembok yang besar yang membuatnya berhenti. Dia berpikir, “Mungkin saya hanya bisa sampai di sini saja.” Dia meyerah pada rintangan atau pencobaan itu. Dia menganggap kegagalan itu sebagai tembok yang menutupi pandangannya akan masa depan. Sebagai penghalang yang menghentikan langkah perjuangannya. Sebagai suatu yang besar yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri. Sedih bukan melihat orang yang seperti ini?

Sikap Skeptis: Pandangan Salah Terhadap Rintangan

Nyatanya, kejadian sehari-hari dengan gamblang membuktikan hal itu. Banyak siswa yang menyerah kalau nilai matematikanya jelek. Banyak mahasiswa yang menyerah pada dosen mata pelajaran yang sulit. Banyak pegawai yang menyerah untuk bekerja keras karena ada masalah atau merasa tidak cocok dengan atasan. Sikap seperti inilah yang dinamakan sikap skeptis. Sikap mudah menyerah. Orang yang memiliki dan memelihara sikap ini, saya berani jamin, dia tidak akan sukses.

Jadi, mulai persiapkanlah dirimu terhadap semua tantangan dan rintangan yang mungkin terjadi.
Jadilah orang yang kuat dan pantai menyerah menghadapi semua hambatan.
Dan lihat apa yang terjadi!

Recommended for you

One thought on “Sikap Skeptis: Pandangan Salah Terhadap Rintangan”

Leave a Reply

You have to agree to the comment policy.